I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Salah satu ciri organisme hidup seperti
tumbuhan adalah berkembang biak menjadi lebih banyak atau memperbanyak
diri. Ada dua cara tumbuhan dalam
memperbanyak diri, yaitu dengan cara aseksual dan seksual. Cara perkembangbiakan secara aseksual adalah
suatu cara perkembangbiakan dengan menggunakan organ vegetatif. Cara ini banyak dilakukan oleh tanaman yang
tidak mempunyai bunga atau tidak mampu melakukan penyerbukan karena bunga tidak
lengkap atau karena faktor lain yang menghalangi terjadinya penyerbukan. Bagian tanaman yang dipakai untuk berkembang
biak adalah batang, umbi, atau mata tunas.
Sedangkan cara perkembangbiakan secara seksual adalah perkembang biakan
dengan menggunakan biji. Biji berasal
dari bakal biji, yang dapat disamakan dengan makrosporangium dan terdapat di
dalam bunga.
Ciri yang amat penting dalam reproduksi
seksual adalah pembuahan, yaitu penyatuan sel betina dan sel jantan, atau gamet
untuk membentuk zigot. Zigot
tumbuh menjadi embrio (janin) di dalam biji. Bila berkecambah akan menjadi tumbuhan dewasa
(Tjitrosomo dkk, 1985).
Bunga merupakan salah satu alat reproduksi
secara seksual pada tumbuhan. Pada bunga
yang sempurna terdapat benang sari yang merupakan alat reproduksi jantan dan
putik yang merupakan alat reproduksi betina.
Dari peleburan antara benang sari dan putik inilah nantinya akan muncul
buah yang di dalamnya terdapat biji, dan biji inilah yang nantinya dijadikan
alat perkembangbiakan pada suatu tumbuhan.
Dari segi biologi bunga merupakan alat
perkembangbiakan tanaman. Sebab, bunga
dapat tumbuh menjadi buah yang berisi biji, dan dari biji dapat tumbuh menjadi
tanaman yang baru. Pembungaan,
penyerbukan, pembuahan dan pembentukan buah merupakan faktor yang sangat
menentukan produktivitas tanaman. Dari
keempat faktor tersebut yang terpenting adalah pembungaan, karena tanpa
pembungaan maka tidak akan terjadi penyerbukan bunga atau pembentukan buah dan
tidak akan diperoleh biji dari suatu tanaman (Darjanto dan Satifah, 1984). Bunga juga dapat dipandang sebagai suatu
batang atau cabang pendek yang berdaun dan telah mengalami perubahan bentuk
(metamorfosis) sebelum suatu tumbuhan mati.
Karena pentingnya keberadaan bunga bagi tanaman, maka perlu dipelajari
lebih lanjut mengenai karakteristik berbagai macam bunga. Sebab setiap bunga memiliki karakteristik
yang berbeda-beda pada setiap jenis tanaman yang akan menentukan tipe
persilangan tanaman tersebut.
Setiap bunga terbentuk pada tangkai khusus,
yaitu tangkai bunga (pedicellus). Bagian bunga yang paling menyolok ialah daun
mahkota (petal) atau biasa disebut mahkota bunga. Kelopak dan mahkota bunga, keduanya merupakan
perhiasan bunga. Sedangakan. Putik
dibentuk oleh satuan daun buah atau carpellum, yang secara kolektif dinamai gynaecium (Tjitrosoma, 1984).
B. Tujuan
1. Mempelajari struktur
bunga.
2.
Mempelajari tipe persilangan dari tanaman.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Bunga merupakan suatu batang atau cabang
pendek yang terbatas, neruas pendak-pendek dan daunnya telah mengalami perubahan
bentukbmenjadi kelopak, mahkota, benang sari dan putik, yang tersusun melingkar
rapat sehingga tampaknya seperti bertumpuk pada sebuah buku (Darjanto dan
Satifah, 1984). Hasil penelitian lebih
lanjut tentang bunga, menunjukkan bahwa :
1. Bunga
dapat terletak di ujung batang atau cabang dan di ketiak daun, yang letaknya
sama dengan tempat tunas yang akan tumbuh manjadi cabang.
2. Bagian-bagian
bunga (kelopak, tajuk, benang sari, putik) kadang-kadang dapat menyerupai daun
biasa dengan perbedaan sedikit sampai besar sekali.
3. Pada
ketiak daun kelopak atau daun tajuk kadang-kadang dapat terbentuk sebuah
kuncup.
4. Kadang-kadang
bunga dapat membentuk cabang biasa yang berdaun.
Bunga sangat beragam strukturnya. Meskipun
demikian, persamaan yang pokok di antara tumbuhan itu lebih besar dibandingkan
dengan kelainannya, karena semua bunga mempunyai kerangka struktur dasar yang
sama. Menurut botaniwan, bunga adalah sepotong batang atau cabang dengan
sekumpulan daun yang mengalami metamorfosis yang behubungan dengan fungsinya
untuk bereproduksi.(Tjitrosoma, 1984).
Dilihat dari komponen
penyusunnya, menurut Nasir (2001) menyatakan bahwa bunga dapat diklasifikasikan
menjadi 2 macam, yaitu :
1.
Bunga lengkap, yaitu sunga yang memiliki
semua bagian bunga secara lengkap.
2.
Bunga tidak lengkap, yaitu bunga yang
tidak memiliki salah satu atau lebih komponen penyusun bunga.
Sedangkan, dilihat dari
keberadaan alat kelamin jantan dan betina, Nasir (2001) membedakan bunga
menjadi :
1.
Bunga sempurna, yaitu bunga yang
memiliki alat kelamin jantan dan betina pada satu bunga.
2.
Bunga tidak sempurna, yaitu bunga yang
tidak memiliki salah satu dari alat kelamin jantan atau alat kelamin betina.
Menurut
Darjanto dan Satifah (1984), bunga lengkap mempunyai empat bagian yaitu :
kelopak (calyx), mahkota (corolla), benang sari (stamen),
dan putik (pistilum). Bunga dapat
dipandang sebagai suatu batang atau cabang pendek yang bedaun dan telah
mengalami perubahan bentuk kuncup.
Kelopak merupakan rangkaian dari daun-daun bunga pertama dari bawah,
yang pada kuncup bunga terletak paling luar.
Adapun fungsi kelopak adalah untuk melindungi bagian-bangian bunga
lainnya dari gangguan luar sebelum kuncup bunga itu mekar. Rangkaian daun bunga yang kedua dari bawah
adalah corolla, yang biasanya lebih halus, lebih lemas, tidak kaku, lebar, dan
lebih indah warnanya. Rangkaian daun bunga yang ketiga semuanya masih bergulung
dan disebut benang sari. Benang sari
adalah bagian bunga yang berfungsi sebagai alat kelamin jantan pada bunga. Benang sari yang normal mempunyai tangkai
sari (bagian dari benang sari yang biasanya berbentuk silinder dan cukup
panjang) dan kepala sari (bagian dari benang sari yang terletak pada ujung
tangkai sari). Dan rangkaian daun yang
keempat disebut putik, yang berada paling ujung dan berlekatan menjadi empat
bunga duduk di atas dasar bunga (receptaculum), yaitu di ujung tangkai
bunga yang biasanya melebar. Putik
adalah bagian bunga yang berfungsi sebagai alat kelamin betina. Putik terdiri atas kepala putik, tangkai
putik (berupa sebuah pipa atau tabung yang panjang dan merupakan tiang
penghubung antara kepala putik dan bakal buah), dan bakal buah (bagian dari
putik yang terletak paling bawah dan duduk di atas dasar bunga).
III. METODE PRAKTIKUM
A.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum
biologi binga ini adalah berbagai macam bunga dari tanaman yang akan diamati.
B.
Alat
Alat yang di gunakan dalam praktikum
biologi bunga ini, antara lain:
1. Loupe
2. Alat
tulis dan gambar.
C.
Prosedur
Kerja
1. Morfologi
bunga dari masing-masing jenis tanaman diamati.
Apabila perlu, lup digunakan untuk mengamati bagian-bagian yang kecil.
2. Bunga
digambar, lengkap dengan bagian-bagiannya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
No.
|
Gambar
|
Keterangan
|
1
|
Bunga pepaya jantan
|
Bagian bunga :
1. Putik
2. Bakal
buah
3. Benang
sari
4. Kelopak
5. Mahkota
Tipe
bunga: lengkap, sempurna.
Penyerbukan:
sendiri
Bagian bunga jantan :
1. Benang
sari
2. Mahkota
3. Kelopak
Tipe
bung a: tidak lengkap, tidak sempurna.
Persilangan:
silang
Bagian bunga betina:
1. Putik
2. Mahkota
3. Bakal
buah
4. Kelopak
Tipe
bunga: tidak lengkap, tidak sempurna.
Penyerbukan:
silang
|
2
|
Bunga padi
|
Bagian bunga:
1.
Kepala putik
2.
Kepala sari
3.
Palea
4.
Lemma
5.
Tangkai sari
6.
Tangkai putik
7.
Lodicules
8.
Bakal buah
Tipe
bunga: tidak lengkap, sempurna.
Persilangan:
sendiri
|
3
|
Bunga jagung jantan
|
Bagian bunga:
1. Mahkota
2. Benang
sari
3. Putik
4. Kelopak
5. Tangkai
Tipe bunga: tidak
lengkap, tidak sempurna.
Persilangan: silang
|
4
|
Bunga jagung betina
|
Bagian bunga:
1. Glume
atas
2. Pedicelled
spikelet
3. Kepala
sari bunga yang diatas akan membuka lebih dahulu
4. Palea
bunga yang dibawah
5. Lemma
di bawah
6. Glume
bawah
Tipe bunga: tidak
lengkap, tidak sempurna.
Persilangan: silang
|
5
|
Bunga kelapa
|
Bagian bunga:
1. Putik
2. Kelopak
3. Bakal
buah
4. Benang
sari
5. Tangkai
Tipe bunga: tidak
lengkap, tidak sempurna.
Persilangan: silang
|
6
|
Bunga sepatu
|
Bagian bunga:
1. Putik
2. Benang
sari
3. Mahkota
4. Kelopak
5. Tangkai
Tipe bunga: lengkap,
sempurna.
Persilangan: sendiri
|
7
|
Bunga Anggrek
|
Bagian bunga:
1. Putik
2. Benang
sari
3. Mahkota
4. Kelopak
5. Tangkai
Tipe bunga: lengkap,
sempurna.
Persilangan: sendiri
|
8
|
Bunga cabai
|
Bagian bunga:
1. Putik
2. Benang
sari
3. Mahkota
4. Kelopak
5. Tangkai
Tipe bunga: lengkap,
sempurna.
Persilangan: sendiri
|
B.
Pembahasan
Bunga
merupakan alat perkembangbiakan tanaman.
Bunga adalah wadah menyatunya gamet jantan (mikrospora) dan gamet betina
(makrospora) untuk menghasilkan biji. Fase dimulai dari pembungaan,
penyerbukan, pembuahan, pembentukan buah, dan dilanjutkan dengan pembentukan
biji. Dalam hal ini terdapat permasalahan, yaitu selama masa berbunga tidak
semua pucuk dapat terinduksi dan bertransisi dari fase vegetatif ke fase
reproduktif. Keberhasilan proses
pembungaan dimulai setelah terjadi induksi bunga, diikuti proses diferensiasi,
pendewasaan organ-organ bunga, antesis, dan polinasi.
Dilihat
dari bagian-bagian penyusunnya, bunga dapat dibedakan menjadi :
1. Bunga
lengkap yaitu bunga yang memiliki semua bagian bunga, yang meliputi kelopak
(calyx), mahkota (corolla), benang sari (androecium) dan putik
(gynaecium). Yang termasuk bunga
lengkap, misalnya bunga tomat, bunga papaya (hemaprodit), bunga sepatu, bunga
anggrek, bunga cabai, bunga terong, bunga melati, bunga mawar, bunga matahari
dan latulip.
2. Bunga
tidak lengkap, yaitu bunga yang tidak memiliki komponen penyusun bunga secara
lengkap, terdapat satu atau lebih komponen penyusun bunga yang tidak
dimilikinya. Contoh bunga tidak lengkap,
yaitu bunga kelapa, bunga padi, bunga papaya, bunga jagung, bunga salak, bunga
melinjo.
Dilihat dari kelengkapan alat kelamin
jantan dan alat kelamin betina, bunga dibedakan menjadi :
1. Bunga
sempurna, yaitu bunga yang memiliki benang sari (androecium) dan putik (gynaecium)
pada satu bunga yang sama. Contoh bunga
sempurna, yaitu bunga padi, bunga papaya (hemaprodit), bunga melati, bunga
tomat, bunga terung, bunga cabai, bunga anggrek, bunga sepatu, bunga melati dan
bunga mawar.
2. Bunga
tidak sempurna, yaitu bunga yang tidak memiliki salah satu dari alat kelamin
jantan (benang sari) atau alat kelamin betina (putik). Contoh bunga tidak sempurna, yaitu bunga
kelapa, bunga jagung, bunga salak, bunga melinjo, bunga semangka, bunga papaya.
Karakter bunga yang dimiliki oleh
tanaman, menentukan tipe persilangan dari setiap tanaman, terutama mengenai
keberadaan alat kelamin jantan dan betina.
Tipe persilangan tanaman dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tanaman menyerbuk
sendiri dan tanaman menyerbuk silang.
Penyerbukan sendiri (autogami), terjadi
apabila serbuk sari yang jatuh ke kepala putik berasal dari benang sari bunga
itu sendiri. Dengan kata lain,
penyerbukan terjadi antara tepung sari dan putik yang berasal dari bunga dari
tanaman yang sama. Contoh tanaman yang
melakukan penyerbukan sendiri, antara lain alpukat (Persea Americana),
padi (Oryza sativa), rambutan (Nephelium lappaceum), mangga (Mangifera
indica), kedelai (Glycine max), kapas, kacang tanah dan gandum. Tanaman menyerbuk sendiri umumnya
homozigot. Tanaman yang mulanya
heterosigot, keragaman genetiknya akan menurun bila terjadi penyerbukan sendiri
terus-menerus.
Penyerbukan silang terjadi apabila
serbuk sari yang jatuh ke kepala putik berasal dari bunga yang berbeda. Dengan kata lain, penyerbukan yang terjadi
antara tepung sari dari bunga yang berbeda pada satu tanaman atau dari tanaman
yang berbeda pada satu spesies.
Penyerbukan silang ini akan menimbulkan keragaman genetic yang
besar. Contoh tanaman yang melakukan
penyerbukan silang, antaralain salak (Salacca zalacca), pepaya (Carica
papaya), jagung (Zea mays), nanas (Ananas comosus), dan
kedondong (Spondias dulcis Forst.).
Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya penyerbukan silang, antara lain
:
1. Letak
bunga jantan dan betina yang terpisah.
2. Serbuk
sari yang mudah diterbangkan angin dan tahan lama.
Dari
pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum bioogi bunga, jumlah benang sari
pada setiap bunga yang diamati adalah sebagai berikut :
1. Bunga
padi merupakan bunga telanjang yang mempunyai satu bakal buah, mempunyai 6
benang sari, yang terdiri dari tangkai sari dan kandung serbuk..
2. Bunga
anggrek merupakan bunga yang mempunyai bentuk berbeda-beda, tipe penyerbukan
pada bunga anggrek yaitu penyerbukan sendiri.
Jumlah benang sari pada anggrek berjumlah satu atau dua, terdiri dari benang sari yang lateral pada
lingkaran dalam atau yang median dari lingkaran luar, sedangkan benang sari
yang lainya bersifat mandul.
3. Bunga
pepaya terdapat tiga macam jenis bunga yaitu : bunga jantan, bunga betina dan
bunga hemaprodit atau bunga banci. Bunga
papaya memiliki kelopak berlekuk 5 atau bertepi rata, daun mahkota 5.
Benang sari 10 tertanam pada mahkotanya, tangkai sari bebas atau
berlekatan pada pangkalnya. Bunga banci
mempunyai dasar bunga yang berbentuk seperti lonceng. Pada bunga betina tidak ada rudimen benang
sari atau staminodium, dan memiliki putik dengan tangkai putik pendek, bebas atau tanpa tangkai putik, bakal buah
menumpang. Bakal biji banyak pada 3
sampai 5 tembuni yang terdapat pada dinding bakal buah, masing-masing dengan
dua integumen. Pada pepaya mempunyai tipe penyerbukan silang
dan persilangan terbuka.
4. Bunga
sepatu termasuk jenis tanaman perdu dengan tinggi 1-4 m. Bunganya merupakan
bunga tunggal yang muncul pada ketiak daun dan posisinya sedikit
menggantung. Daun kelopak tambahan 6-9
berbentuk lanset garis, lebih pendek daripada kelopak bunga. Kelopak bunga berbentuk tabung. Daun mahkota bunga berbentuk bulat telur
terbalik, bentuk baji, panjang 5,5-5,8 cm berwarna merah darah, kuning atau
jingga dengan noda tua pada pangkalnya.
Tangkai benang sari berbentuk tabung menyelubungi putik. Panjang benang
sari lebih kurang sama dengan panjang mahkota bunga. Bakal bunga beruang lima. Kepala putik dan benang sari terdapat dalam
satu tempat yang berbentuk tabung. Pada
dasar tabung tersebut terdapat ruang bakal biji atau ruang bakal buah. Pada bunga ini terdapat pula modifikasi dari
kelompok bunga (calyx) yang disebut epycalyx. Kelopak bunganya berbentuk bulat telur
terbalik dengan warna merah muda dan tersusun bertumpuk-tumpuk (Suryowinoto,
1997).
5. Bunga
cabai adalah bunga lengkap, berbentuk seperti bintang laut, bakaal buah
letaknya lebih tinggi dari benang sari dan mahkota bunga. Kelopak terdiri dari 5 helai daun kelopak
yang saling berlekatan. Mahkota bunga
terdiri dari 5 helai berwarna putih, jumlah benang sari 5 buah, tangkai benang
sari kecil dengan kepala besar mengelilingi bakal buah.
6. Bunga
jagung pada perbungaan jantan berbentuk malai (tassel), yang terdiri dari bulir poros tengah dan cabang lateral. Poros malai bunga jantan merupakan kelanjutan
dari batang pokok. Pada poros dan
cabang-cabang dari malai bunga jantan terdapat pasangan-pasangan spikelet. Tiap pasang spikelet terdiri dari sessile dan pedicelled. Tiap sessile terdiri dari 2 bunga dan
masing-masing bunga mempunyai palea
dan lemma, 2 lodicule dan 3 buah benang sari.
Benang sari pada bunga yang letaknya lebih atas akan pecah lebih dulu.
7. Pada
bunga kelapa bagian-bagian bunga jantannya terdiri dari tiga helai kelopak
bunga berukuran 3-5 mm, tiga helai daun mahkota berukuran 15 mm, enam helai
benang sari, satu putik rudimeter dengan kepala putik bersirip tiga lembar. Diantara sirip-sirip terdapat zat nektar atau zat madu.
Sedangkan bunga betinanya berukuran lebih besar yaitu 3 cm. Kelopak bunga lebar dan tebal, hampir membungkus bagian-bagian yang
lainya. Pada bagian ujung masih nampak
keluar sedikit bagian ujung dari daun mahkota bunga.
V.
SIMPULAN
1. Bunga
merupakan alat perkembangbiakan tanaman.
Bunga adalah wadah menyatunya gamet jantan (mikrospora) dan gamet betina
(makrospora) untuk menghasilkan biji.
2. Berdasarkan
komponen penyusunnya, bunga dikelompokkan menjasi bunga lengkap dan bunga tidak
lengkap. Bunga lengkap adalah bunga yang
memiliki semua komponen penyusun bunga (kelopak (calyx), mahkota (corolla),
benang sari (androecium), putik (gynaecium) dan tangkai bunga). Sedangkan bunga tidak lengkap adalah bunga
yang tidak memiliki salah satu atau dua komponen penyusun bunga.
3. Berdasarkan
kepunyaan akan benang sari dan putik, bunga dibedakan menjadi bunga sempurna
dan bunga tidak sempurna. Bunga sempurna
adalah bunga yang memiliki benang sari dan putik dalam satu bunga. Sedangkan bunga tidak sempurna adalah bunga
yang benang sari dan putiknya terletak pada bunga yang berbeda.
4. Karakteristik
bunga mempengaruhi tipe persilangan tanaman.
Bunga sempurna biasanya merupakan tipe tanaman menyerbuk sendiri,
sedangkan bunga tidak sempurna merupakan tipe tanaman menyerbuk silang.
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah
satu tujuan dari pemuliaan tanaman adalah mendapatkan suatu varietas yang
memiliki sifat-sifat yang baik.
Terkadang dari sifat-sifat tersebut terdapat hubungan antara yang satu
dengan yang lain. Hubungan tersebut
dapat berupa hubungan yang positif maupun negatif. Apabila hubungan tersebut dimisalkan dengan
peubah X dan Y yang memperlihatkan adanya suatu kenaikan atau pertambahan pada
peubah X yang dibarengi dengan pertambahan yang berpadanan pada peubah Y, atau
suatu penurunan pada X ternyata bertalian dengan penurunan pada Y, maka hal
tersebut dapat menunjukkan bahwa perubahan pada satu peubah bagaimana pun
bertalian dengan perubahan pada peubah lain, maka kedua peubah itu dapat
dikatakan berkorelasi (Schefler, 1987).
Derajat hubungan yang berkaitan dengan sifat-sifat yang saling
berhubungan dinyatakan dalam suatu bilangan yang disebut koefisien korelasi.
Dalam
kegiatan seleksi, korelasi antar karakter tanaman memiliki arti yang sangat
penting. Untuk mengestimasi suatu
karakter tertentu dapat digunakan penduga yang juga merupakan suatu karakter
yang lain yang relatif mudah diamati.
Seleksi akan efektif bila terdapat hubungan erat anatar karakter
penduga dengan karakter yang dituju dalam satu program seleksi. Dalam praktiknya biasanya digunakan karakter
morfologis.
Analisis
korelasi dan regresi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menentukan
bentuk hubungan serta seberapa besar hubungan kedua sifat tersebut. Tujuan utama dalam penggunaan analisis ini
adalah untuk meramalkan nilai dari suatu variabel dalam hubungannya dengan
variabel lainnya yang dapat diketahui melalui persamaan regresi yang
dipengaruhi oleh koefisien korelasi.
Asumsi dasar korelasi diantaranya
seperti tertera di bawah ini:
1.
Kedua
variabel bersifat independen satu dengan lainnya, artinya masing-masing
variabel berdiri sendiri dan tidak tergantung satu dengan lainnya. Tidak ada
istilah variabel bebas dan variabel tergantung.
2.
Data
untuk kedua variabel berdistribusi normal.
Data yang mempunyai distribusi normal artinya data yang
distribusinya simetris sempurna. Jika
digunakan bahasa umum disebut berbentuk kurva bel. Ciri-ciri data yang mempunyai distribusi
normal ialah sebagai berikut:
a.
Kurva
frekuensi normal menunjukkan frekuensi tertinggi berada di tengah-tengah, yaitu
berada pada rata-rata (mean) nilai
distribusi dengan kurva sejajar dan tepat sama pada bagian sisi kiri dan
kanannya. Kesimpulannya, nilai yang
paling sering muncul dalam distribusi normal ialah rata-rata (average), dengan setengahnya berada
dibawah rata-rata dan setengahnya yang lain berada di atas rata-rata.
b.
Kurva
normal, sering juga disebut sebagai kurva bel, berbentuk simetris sempurna.
c.
Karena dua bagian sisi dari tengah-tengah
benar-benar simetris, maka frekuensi nilai-nilai diatas rata-rata (mean) akan benar-benar cocok dengan
frekuensi nilai-nilai di bawah rata-rata.
d.
Frekuensi
total semua nilai dalam populasi akan berada dalam area dibawah kurva. Perlu diketahui bahwa area total dibawah
kurva mewakili kemungkinan munculnya karakteristik tersebut.
e.
Kurva
normal dapat mempunyai bentuk yang berbeda-beda. Yang menentukan bentuk-bentuk tersebut adalah
nilai rata-rata dan simpangan baku (standard deviation) populasi.
B.
Tujuan
1.
Mengetahui hubungan antara dua sifat
pada tanaman.
2.
Mengetahui bentuk hubungan yang ada
diantara dua sifat yang bersangkutan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Korelasi merupakan salah satu teknik
statistic yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih,
yang sifatnya kuantitatif. Teknik
korelasi merupakan teknik analisis yang melihat kecenderungan pola dalam satu
variabel berdasrakan kecenderungan pola dalam variabel yang lainnya. Ketika satu variabel mmiliki kecenderungan
untuk naik maka akan terlihat kecenderungan dalam veriabel yang lain, apakah
naik, turun, atau tidak menentu. Jika
kecenderungan dalam variabel selalu diikuti oleh kecenderungan dalam variabel
lain, maka dapat dikatakan bahwa dua variabel memiliki hubungan atau korelasi.
Koefisien
korelasi digunakan untuk mengetahui tingkat kemiripan dalam variabilitas antar
tanaman induk dengan keturunannya.
Fungsi uji korelasi menurut Soepomo (1968) adalah untuk mengkaji
hubungan satu sifat dengan sifat yang lainnya.
Ada dua macam koefisien korelasi, yaitu :
1. Koefisien
korelasi positif
Apabila derajat
hubungan antara dua sifat tanaman menunjukkan hal yang nyata. Artinya bertambahnya nilai sifat yang satu
akan bertambah pula nilai sifat yang lain.
Hal ini juga berlaku sebaliknya, yaitu berkurangnya sifat yang satu akan
berkurang pula sifat yang lainnnya.
2. Koefisien
korelasi negatif
Apabila derajat
hubungan antara dua sifat tanaman menunjukkan hal yang berlawanan. Artinya
bertambahnya nilai sifat yang satu akan diikuti berkurangnya nilai sifat yang
lain.
Analisis korelasi bertujuan untuk
mengukur seberapa kuat atau derajat kedekatan auatu relasi yang terjadi antar
sifat atau variabel. Korelasi antara dua
sifat dapat dibagi dalam korelasi fenotipik dan korelasi genotipik. Korelasi fenotipik dapat dipisahkan menjadi
korelasi genotipik dan korelasi lingkungan.
Oleh karena itu, korelasi fenotipik ini selanjutnya diharapkan dapat
menunjukkan korelasi genotipik yang lebih berati dalam usaha pemuliaan
panaman. Korelasi ini dapat diartikan
sebagai korelasi nilai pemuliaan dari dua sifat yang diamati. Sedangkan korelasi lingkungan merupakan
sisaan galat yang juga memberikan konstribusi terhadap fenotip (Nasir, 2001).
Nilai korelasi antara dua sifat
tanaman bervariasi, yaitu berkisar antara -1 sampai +1, sehingga dikenal dua
macam koefisien korelasi yaitu koefisien korelasi positif dan koefisien
korelasi negatif. Korelasi positif abila
bertambahnya sifat yang satu bersamaan dengan bertambahnya sifat yang
lain. Korelasi negatif, abila bertambahnya sifat yang satu bersamaan
dengan berkurangnya sifat yang lain.
Sedangkan apabila koefisien korelasi = 0 berarti tidak ada hubungan sama
sekali antara kedua sifat tersebut (Sudjana1983: Soepomo,1968).
Perhitungan koefisien korelasi
antara x dan y sebagai ukuran hubungan dapat dilihat dari dua segi. Pertama, koefisien korelasi dihitung untuk
menentukan apakah ada korelasi antara x dan y dan jika ada apakah berarti atau
tidak. Kedua, untuk menentukan derjat
hubungan antara x dan y jika hubungan itu memang sudah ada atau barang kali
diasumsikan ada (Sudjana, 1983).
III.
METODE PRAKTIKUM
A. Bahan
Bahan yang digunakan dalam
praktikum koefisien korelasi antara dua sifat pada tanaman ini adalah
bahan-bahan yang hendak dicari koefisien korelasinya.
B. Alat
1.
Penggaris
2.
Timbangan
3.
Counter
C. Prosedur Kerja
1. Bahan-bahan
dan sifat-sifat yang hendak dicari koefisien korelasinya diamati.
2. Semua
hasil pengamatan, pengukuran, penimbangan dan perhitungan ditulis dengan baik
pada tabel yang telah disiapkan sebelumnya.
3.
Data hasil pengamatan dimasukkan dalam
tabel frekuensi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
No
|
X
(cm)
|
Y
(cm)
|
Xi-
|
(Xi-
|
(Yi-
|
(Yi-
|
XY
|
1
|
23,5
|
4
|
+1,38
|
1,90
|
-3,18
|
10,11
|
94,0
|
2
|
20,5
|
8
|
-1,62
|
2,62
|
0,82
|
0,67
|
164
|
3
|
23,5
|
11,25
|
1,38
|
1,90
|
4,07
|
16,56
|
264,37
|
4
|
21
|
5,50
|
-1,12
|
1,25
|
-1,68
|
2,82
|
115,5
|
∑
|
88,5
|
28,75
|
0,02
|
7,67
|
0,03
|
30,16
|
637
|
|
22,12
|
7,18
|
|
|
|
|
|
=
=
=
=2,55
S
=
=
=
=10,05
Sxy=
=
=0,59
R=
=
=
= 0,11
= 0,0121
Sr =
=
=
=
0,7
T =
=
= 0,15
Kesimpulan
t hitung < t table (5,591) berarti kofesien korelasi tidak jauh berbeda
nyata.
B. Pembahasan
Korelasi adalah hubungan yang
terdapat antara dua atau beberapa sifat (pengamatan) (Soepomo,R, 1968). Pada empat varietas padi yang telah diukur
panjang malainya, jumlah bulir, jumlah biji, dan bobot malainya didapat bentuk
korelasi yang berbeda sesuai dengan sifat-sifat yang dibandingkan. Sebelumnya ditentukan dahulu koefisien
korelasinya (r), jika r = 0 berarti tidak ada korelasi, r = 0 sampai +1 berarti
adanya korelasi positif, r = 0 sampai -1 berarti adanya korelasi negatif
(Soepomo,R, 1968). Kemudian dilakukan
pengujian terhadap koefisien korelasi tersebut yang dibandingkan dengan standar
errornya. Uji ini disebut uji t yang
bertujuan untuk menguji kepastian korelasi. Jika nilai t yang didapat ini lebih
besar dari nilai t tabel maka koefisien korelasinya nyata, artinya antara kedua
sampel saling mempengaruhi.
Untuk melakukan interpretasi
kekuatan hubungan antara dua variabel dilakukan dengan melihat angka koefesien
korelasi hasil perhitungan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :
1.
Jika
angka koefesien korelasi menunjukkan 0, maka kedua variabel tidak mempunyai
hubungan.
2.
Jika angka koefesien korelasi mendekati 1, maka
kedua variabel mempunyai hubungan semakin kuat.
3.
Jika angka koefesien korelasi mendekati 0, maka
kedua variabel mempunyai hubungan semakin lemah.
4.
Jika
angka koefesien korelasi sama dengan 1, maka kedua variabel mempunyai hubungan
linier sempurna positif.
Jika angka koefesien korelasi sama
dengan -1, maka kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna negatif
Ditinjau dari sifat-sifat yang berhubungan, korelasi
dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1. Korelasi sederhana
Korelasi sederhana terjadi apabila
satu sifat dipengaruhi oleh satu sifat yang lain, misalnya panjang malai dengan
banyaknya gabah per malai pada tanaman padi.
Korelasi sederhana digunakan untuk menguji hipotesis
hubungan antara dua variabel, untuk melihat kuat lemahnya hubungan dan arah
hubungan antara dua variabel.
2. Korelasi
partial
Korelasi
partial terjadi apabila dua sifat dipengaruhi oleh sifat-sifat yang lain. Misalnya tingginya produksi dan tingginya
sterilitas biji dipengaruhi oleh bobot malai dan serangan penyakit. Korelasi partial digunakan untuk mengetahui derajat hubungan
antara suatu variable bebas dengan satu veriabel terikat, dengan cara
mengkondisikan variable bebas lainnya dibuat tetap/konstan/ dikendalikan dalam
analisis multiple correlation.
3. Korelasi
berganda
Korelasi
berganda terjadi apabila satu sifat dipengaruhi oleh banyak sifat yang
lain. Korelasi ganda (multiple correlation) adalah korelasi
antara dua atau lebih variable bebas secara bersama-sama dengan suatu variable
terikat. Angka yang menunjukkan arah dan
besar kuatnya hubungan antara dua atau lebih variable bebas dengan satu
variable terikat disebut koefisien korelasi ganda, dan biasa disimbolkan
R.
Praktikum
yang dilakukan kali ini mengamati dan menghitung korelasi pada tanaman padi
yang meliputi :
1. Korelasi antara panjang malai dengan jumlah
bulir.
2. Korelasi antara panjang malai dengan jumlah
biji.
3. Korelasi antara panjang malai dengan bobot
malai.
4. Korelasi antara jumlah bulir dengan jumlah
biji.
5. Korelasi antara jumlah bulir dengan bobot
malai.
6. Korelasi antara jumlah biji dengan bobot
malai.
Setelah
dilakukan perhitungan, koefisien korelasi yang didapat bernilai positif
sehingga dikatakan bahwa kedua variabel tersebut mempunyai korelasi
positif. Dan setelah dilakukan uji t,
kedua variabel tersebut menunjukkan korelasi yang tidak berbeda nyata. Sebab, t hitung kurang dari t tabel.
Hasil pengamatan tersebut menunjukkan
bahwa korelasi yang berlaku merupakan korelasi sederhana, korelasi partial dan
korelasi berganda. Korelasi sederhana
dapat dicontohkan pada hubungan antara panjang malai (X) dan jumlah bulir
(Y). Sedangkan korelasi bergnda dapat
dicontohkan pada bobot malai dipengaruhi oleh panjang malai, jumlah bulir dan
jumlah biji.
Ditinjau
dari sifat yang berhubungan maka korelasi dan percobaan yang dilakukan adalah
termasuk sederhana karena hanya mengukur keeratan dua sifat/peubah misalnya
panjang malai dengan bobot malai. Ada hubungan antara korelasi dengan persamaan
regresi karena perhitungan koefisien korelasi dengan rumus didasarkan
pada studi matematika dari garis regresi.
Garis regresi diperoleh dari persamaan regresi. Selain itu korelasi membicarakan hubungan
antara dua ciri atau lebih, sedangkan regresi menduga bentuk hubungan antar
ciri-ciri tersebut sehingga keduanya punya hubungan yang sangat erat.
Dalam
statistik, koefisien korelasi ituberhubungan dengan persamman regresi karena
persamaan regresi menunjukkan bentuk persamaan hubungan antara 2 variabel atau
lebih. Sedangkan koefisien korelasi menunjukkan
erat tidaknya hubungan antar variabel tersebut (Sudjana,1983).
V.
SIMPULAN
a. Korelasi merupakan salah satu teknik
statistic yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih,
yang sifatnya kuantitatif.
b. Besarnya korelasi antar dua sifat
pada tanaman bervariasi, yaitu antara -1 sampai +1.
1. Jika r = 0, berarti antar kedua
sifat tersebut tidak berkorelasi
2. Jika r = 0 sampai +1, berarti antar
kedua sifat tersebut ada korelasi positif
3. Jika r = 0 sampai -1, berarti antar
kedua sifat tersebut ada korelasi negatif
c. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa korelasi yang berlaku merupakan korelasi
sederhana, korelasi partial dan korelasi berganda. Korelasi sederhana dapat dicontohkan pada
hubungan antara panjang malai (X) dan jumlah bulir (Y). Sedangkan korelasi bergnda dapat dicontohkan
pada bobot malai dipengaruhi oleh panjang malai, jumlah bulir dan jumlah biji.
d. Pada
perhitungan korelasi antara panjang malai dengan jumlah bulir, meyatakan bahwa
kedua variabel memiliki hubungan yang tidak berbeda nyata. Sebab, t hitung kurang dari t
tabel.
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tujuan pemuliaan tanaman salah satunya
adalah untuk mendapatkan varietas tanaman yang lebih baik. Varietas tanaman yang baik berasal dari
gen-gen yang menyusun sifat-sifat baik pula.
Gen-gen tersebut diambil dari koleksi gen di dalam plasma nutfah yang
berasal dari hasil mutasi, varietas lokal, kegiatan pemuliaan, dan introduksi
tanaman.
Perkawinan
antar spesies merupakan salah satu cara yang digunakan dalam meningkatkan
keragaman genetik bahan pemuliaan. Keragaman tersebut nantinya akan diseleksi
untuk mendapatkan varietas yang memiliki sifat unggul. Tujuan pemuliaan tanaman
salah satunya adalah untuk mendapatkan varietas tanaman yang lebih baik. Varietas tanaman yang baik berasal dari
gen-gen yang menyusun sifat-sifat baik pula.
Gen-gen tersebut diambil dari koleksi gen di dalam plasma nutfah yang
berasal dari hasil mutasi, varietas lokal, kegiatan pemuliaan, dan introduksi
tanaman.
Cara untuk mendapatkan varietas tanaman
yang lebih baik yaitu dengan fusi protoplas, kultur jaringan, induksi mutasi,
transfer gen, dan hibiridisasi.
Hibridisasi adalah tindakan menyerbuki suatu tanaman dengan tepung sari
yang berasal dari varietas lain pada suatu jenis tanaman. Tanaman yang akan
dihibridisasi pada praktikum kali ini adalah tanaman padi. Sebelum dilakukan proses hibridisasi,
terlebih dahulu dilakukan proses kastrasi.
B.
Tujuan
1. Menghilangkan kepala sari sebelum bunga membuka dengan maksud
untuk mencegah terjadinya pembuahan sendiri.
2. Menyerbuki bunga-bunga yang telah dikastrasi dengan tepung sari
dari jenis tanaman yang kita kehendaki sebagai induk jantan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Pemuliaan tanaman yang dikembangbiakan secara vegetatif dapat ditempuh
melalui hibridisasi. Oleh karena kita perlu membuat variasi, maka
dilakukan hibridisasi. Dengan jalan ini
akan diperoleh sumber variabilitas atau klon-klon baru yang sangat luas
variabilitasnya dan menjadi sumber penyeleksian klon baru. Berbeda dengan
tanaman yang menyerbuk sendiri, dalam tanaman yang diperbanyak dengan jalan
aseksual karena sifatnya heterozigot maka segregasi terjadi pada F1. Jadi tiap
tanaman dalam F1 adalah sumber potensi dari klon baru, menghasilkan F2 jarang
dilakukan. Selfing dapat menurunkan vigor (Sunarto, 1997).
Tanaman menyerbuk sendiri dapat
dimuliakan antara lain melalui hibridisasi. Hibridisasi atau persilangan
bertujuan menggabungkan sifat-sifat baik dari kedua tetua atau induknya
sedemikian rupa sehingga sifat-sifat baik tersebut dimiliki keturunannya.
Sebagai hasil dari hibridisasi adalah timbulnya keragaman genetik yang tinggi
pada keturunannya. Dari keragaman yang tinggi inilah pemulia tanaman akan
memilih tanaman yang mempunyai sifat-sifat sesuai dengan yang diinginkan (Sunarto,
1997).
Langkah pertama hibridisasi pada tanaman
yang menyerbuk sendiri yaitu memilih tetua yang berpotensi. Pemilihan tetua ini tergantung pada sifat
yang akan dimuliakan apakah sifat kualitatif atau sifat kuantitatif. Pemilihan tetua kualitatif lebih mudah karena
perbedaan penampakan tetua menunjukkan pula perbedaan gen pengendali sifat
itu. Pemilihan tetua untuk sifat
kuantitatif lebih sulit karena adanya perbedaan fenotipe yang belum tentu. Oleh karena itu, pemilihan tetua perlu
dipertimbangkan dari segi lain, yaitu sifat fisiologi, adaptasi dan susunan
genetik (Wels, 1981).
Hibridisasi dilakukan setelah bunga
dikastrasi. Pengertian dari hibridisasi
adalah suatu tindakan menyerbuki bunga-bunga yang telah dikastrasi dengan
tepung sari dari jenis tanaman yang dikendaki oleh penyerbuk. Menurut Soemedi (1977), hibridisasi dalam
pemuliaan tanaman padi sebagai usaha terbaik untuk mendapatkan varietas
baru. Fungsi hibridisasi yang lain
menurut Nasir (2001) adalah untuk menguji potensi satu atau beberapa tetua.
Penyerbukan yang terjadi pada bunga padi
pada dasarnya adalah penyerbukan sendiri.
Penyerbukan sendiri terjadi dalam kuncup bunga yang telah dewasa sebelum
kuncup itu mekar, ketika benang sari dan putik masih terbungkus oleh dua sekam
kelopak dan dua helai sekam tajuk yang lebih besar. Penyerbukan silang pada
bunga padi juga dapat terjadi.
Penyerbukan silang tersebut dapat terjadi dengan bantuan manusia ketika
bunga sudah mekar dan disebut dengan kastogami.
Bunga padi umumnya mekar pukul enam pagi, oleh karena itu pelaksanaan
persilangan buatan harus dimulai sebelum pukul enam pagi (Darjanto dan Satifah,
1984).
Penyerbukan silang buatan pada padi
dimulai dengan melakukan kastrasi terlebih dahulu. Pengertian kastrasi atau emaskulasi itu sendiri
adalah suatu tindakan membuang semua benang sari yang masih muda atau yang
belum masak dari sebuah kuncup bunga suatu tanaman induk betina, dengan maksud
agar bunga tersebut tidak mengalami penyerbukan sendiri. Kastrasi dilakukan
satu atau dua hari atau sesaat sebelum
kuncup bunga itu mekar. Tanaman yang
digunakan untuk kastrasi adalah tanaman yang bunganya sudah dewasa, tetapi
benang sari dalam bunga tersebut masih tergolong muda, yaitu yang belum
mengeluarkan serbuk sari dan ruang sarinya masih tertutup rapat (Darjanto dan
Satifah, 1984).
III.
METODE PRAKTIKUM
A.
Bahan
Bahan yang digunakan
pada praktikum ini adalah tanaman yang siap disilangkan.
B.
Alat
1.
Alat tulis
2.
Label persilangan
3.
Kantong kertas
4.
Gunting
5.
Tusuk gigi
6.
Crossing set
C.
Prosedur Kerja
1. Dipilih malai yang masih tertutup oleh daun
bendera yang akan digunakan sebagai tetua betina, dengan ketentuan bahwa malai
yang keluar dari daun bendera baru sekitar 10 % - 20 %. Buang-bunga yang sudah
diserbuki atau belum siap diserbuki.
2. Benang sari diemaskulasi. Digunting kira-kira
sepertiga bagian dari palea dan lemma, kemudian gunting didorong keatas
sehingga anternya terbuang semua dan tinggal kepala putiknya saja. Benang sari
yang tersisa dapat dibuang dengan gunting.
3. Dipilih malai yang sudah mekar yang akan
digunakan sebagai tetua jantan.
4. Penyerbukan dilakukan dengan
menggoyang-goyangkan malai bunga jantan diatas bunga betina yang telah
diemaskulasi.
5. Ditutup malai (bunga-bunga) hasil persilangan
dengan kantong kertas, kemudian cantumkan label mengenai informasi yang
diperlukan dari persilangan tersebut.
6. Diamati keberhasilan persilangan dan hitung
tingkat keberhasilannya dengan rumus sebagai berikut :
Tingkat keberhasilan (%) ==
X
100 %
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Nama
Penyerbuk : 1. Hamdan Maruli S
2. Kutut Apriyadi
3. Emi Permata Sari
4.
Trian Aprilianti
5.
Darfan Suhendra
6.
Jamaludin
Tanggal
Menyerbuk : 22
Desember 2011
Nama
varietas padi : ♀
Situgonggo X ♂ Danau tempe
Induk
jantan :
Danau tempe
Induk
betina :
Situgonggo
Jumlah
gabah yang dikastrasi : 128 bulir
Jumlah
gabah yang terbuahi : 9 bulir
Tingakat
Keberhasilan :
X 100 %
= 9 x 100%
128
= 7,03 %
B.
Pembahasan
Tanaman padi pada
umumnya tergolong ke dalam tanaman yang melakukan penyerbukan sendiri. Walaupun demikian tanaman padi tidak tertutup
kemungkinan untuk melakukan penyerbukan silang.
Penyerbukan silang pada padi dapat dilakukan dengan bantuan manusia yaitu
dengan hibridisasi. Menurut Nasir
(2001), tujuan dari setiap program persilangan adalah untuk menyatukan gamet
jantan dan gamet betina yang diinginkan dari tetua yang terpilih. Pemilihan
tetua sebagai induk dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu :
a. Pemilihan
tetua untuk karakter kualitatif
Karakter
kualitatif menunjukkan fenotip yang berbeda akibat adanya genotip yang berbeda.
b. Pemilihan
tetua untuk karakter kuantitatif
Pemilihan
karakter kuantitatif lebih sulit karena perbedaan fenotip belum tentu
disebabkan oleh genotip yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Pemilihan tetua untuk karakter ini perlu dipertimbangkan dari segi
aspek fisiologi, aspek adaptasi, dan susunan genotip.
Kastrasi dilakukan pada pagi hari pukul
05.30 karena bunga padi dapat lekas mekar pada cuaca yang terang dan banyak
mendapat sinar matahari. Bunga yang akan dikastrasi dipilih bunga yang belum
mekar atau hampir mekar sehubungan dengan itu maka pertumbuhan kuncup bunga
perlu diamati dengan seksama. Kastrasi dapat dilakukan pada pagi hari hingga
pukul 08.00 yaitu pada suhu rendah dengan udara yang cukup lembab, maka kepala
sari itu biasanya masih tertutup rapat, sehingga dengan mudah benang sari dapat
dibuang dalam keadaan utuh. Kastrasi
dilakukan dengan cara menggunting sepertiga bagian bulir padi Mentik Wangi kemudian
dikumpulkan benang sarinya. Selanjutnya untuk menghindari jatuhnya serbuk sari
yang tidak diinginkan sebaiknya bunga
diisolasi dengan menggunakan kantong kertas, baik sebelum atau sesudah
persilangan dilakukan. Pengerudungan (cover off) pada bunga tersebut harus
dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengganggu pembuahan dan perkembangan
embrio.
Bunga
padi adalah bunga panjang dan berkelamin dua (hermaphrodit). Bunga-bunga mekar
pada tiap malai dari bawah keatas, atau dari luar kedalam, yaitu kearah poros.
Lamanya pembungaan dari tiap malai berkisar antara 5 sampai 10 hari (Darjanto
dan Satifah, 1984). Pada praktikum hibridisasi tanaman menyerbuk sendiri,
varietas padi yang digunakan adalah varietas Situgonggo (♀) dan Danau tempe
(♂). Metode kastrasi yang dilakukan pada praktikum kastrasi dan hibridisasi
adalah clipping method. Palea dan lemma
padi dipotong lebih kurang seperempat dari panjangnya, kemudian diambil benang
sarinya dan kemudian dimasukkan ke dalam petridis. Setelah dikastrasi, untuk menunggu
hibridisasi yang akan dilakukan seminggu setelahnya maka bunga yang dikastrasi
tersebut ditutup dengan kantong kertas untuk menghindari jatuhnya serbuk sari
yang tidak diinginkan.
Hibridasi
adalah penyerbukan antara tanaman homosigot. Tujuan hibridisasi adalah untuk
memperoleh kombinasi genetik yang diinginkan melalui persilangan dua atau lebih
tetua yang berbeda genotipenya. Kegiatan hibridisasi meliputi:
a.
Mengumpulkan
tepung sari
Pengumpulan
serbuk sari dari pohon tetua jantan dapat dimulai beberapa jam sebelim
kuncup-kuncup bunga itu mekar.
b.
Kastrasi
Kastrasi adalah
membersihkan bagian tanaman yang ada disekitar bunga yang akan di emanskulasi
dari kotoran, serangga, kuncup-kuncup bunga yang tidak dipakai. Membuang
mahkota bunga dan dan kelopak termasuk dalam kegiatan ini.
c.
Emaskulasi
Emaskulasi
adalah pembuangan alat kelamin jantan pada tetua betina. Tujuan emaskulasi
adalah untuk mencegah penyerbukan sendiri terjadi. Oleh karena itu emaskulasi
dilakukan sebelum bunga itu mekar atau sebelum mengalami penyerbukan sendiri.
Cara atau metode yang dapat digunakan antara lain, clipping method, sucking
method, hot water treatment, chemical method dan male sterility method.
d.
Hibridisasi
Hibridisasi
dikerjakan langsung sesuadah kastrasi, sebaiknya jangan melebihi pukul 11.00.
Caranya dengan menggosok-gosokkan kuas yang sudah ada tepung sarinya pada
kepala putik bunga yang sudah dikastrasi tersebut serata mungkin.
e.
Memberi tanda dan etiket
Bunga-bunga yang
sudah diserbuki, tangkainya diikat dengan benang berwarna dan etiket untuk
menjaga kekeliruan. Etiket tersebut berisi nama penyerbuk, tanggal penyerbukan,
nama jenis tanaman betina dan jantan.
f.
Pembungkusan
Pembukusan
dilakukan untuk mencegah terjadinya penyerbukan silang yang tidak dikehendaki
dan gangguan lain, karangan bunga yang sudah diserbuki tersebut dibungkus
dengan menggunakan kantong. Pemilihan alat pembungkus disesuaikan dengan ukuran
bunga.
g.
Control
Control dibuat
dengan hanya mengkastrasi sejumlah bunga tetapi tidak diserbuki.
Hibridisasi yang dilakukan pada tanaman
menyerbuk sendiri agar berhasil sesuai dengan yang diharapkan maka perlu
dilakukan pemilihan tetua yang memiliki potensi genetik yang diinginkan.
Pemilihan tetua ini sangat tergaantung pada karakter tanaman yang akan digunakan,
yaitu apakah termasuk karakter kualitatif atau kuantitatif. Tujuan dari setiap
program pemuliaan tanaman adalah untuk menyatukan gamet jantan dan gamet betina
yang diinginkan dari tetua yang terpilih (Nasir, 2001). Karakter kualitatif
menunjukkan fenotip yang berbeda akibat adanya genotip yang berbeda pula.
Sedangkan pemilihan tetua untuk karakter kuantitatif jauh lebih sulit karena
perbedaan fenotip belum tentu disebabkan oleh genotif yang berbeda. Karena
faktor lingkungan juga mempengaruhi terhadap penampilan dari fenotip yang ada.
Hibridisasi dilakukan pada siang hari,
sekitar pukul 10.30. Dilakukan dengan
cara menaburkan benang sari varietas Danau tempe sebagai induk jantan ke kepala
putik varietas situ Situgonggo sebagai induk betina dengan menggoyang-goyangkan
benang sari induk jantan. Tujuan dari hibridisasi adalah menggabungkan dua
sifat dari dua varietas tanaman ke dalam satu tubuh tanaman. Oleh karena itu,
sifat tanaman hasil persilangan (F1) merupakan gabungan sifat diantara kedua
tetuanya. Faktor lain yang harus diperhatikan dalam melakukan hibridisasi
adalah lamanya daya hidup (viabilitas) serbuk sari. Untuk tanaman serealia,
viabilitas serbuk sari relatif sangat singkat biasanya hanya bertahan dalam
beberapa menit saja. Sedangkan untuk tanaman tahunan dan buah-buahan serbuk
sari masih bisa bertahan hidup normal meskipun telah disimpan selama beberapa
bulan bahkan beberapa tahun lamanya (Nasir, 2001).
Menurut
Welsh (1981), kombinasi sifat dari kedua tetua pada F1 terjadi secara acak, jadi
bisa saja kombinasi sifat yang ada pada F1 bersifat lebih menguntungkan dari
kedua tetuanya. Karena sifat kedua tetua
berbeda satu dengan yang lainnya, maka keturunan yang diperoleh dapat mempunyai
sifat-sifat baru yang berbeda dengan sifat yang ada pada kedua induknya. Keturunan F1 bersifat heterozigot dan
mengalami pemisahan pada generasi berikutnya.
Hibribridisasi Situgonggo dan Danau
tempe menghasilkan 9 bulir padi yang
mengalami pembuahan, sedangkan 119 bulir padi yang lainnya mengalami kegagalan.
Persentase keberhasilan hibridisasi sebesar 7,03%. Hibridisasi
ini dianggap tidak berhasil karena persentase keberhasilan kurang dari
50 %. Hal ini disebabkan karena dalam
melakukan hibridisasi serbuk sari yang tersedia tidak cukup banyak sehingga ada
beberapa bunga yang tidak terserbuki dan pada waktu penyerbukan yang dilakukan
dengan menggoyang-goyangkan tetua jantan tidak semua serbuk sari masuk ke
putik, sehingga tidak semua bunga terjadi pembuahan. Kegagalan dalam
hibridisasi juga dapat disebabkan oleh kesalahan praktikan, yaitu pada waktu
memotong putiknya ikut terpotong sehingga tidak mungkin terjadi pembuahan.
V.
SIMPULAN
Berdasarkan
praktikum yang dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.
Hibridisasi adalah suatu
cara untuk memperoleh kombinasi genetik yang diinginkan melalui persilangan dua
atau lebih tetua yang berbeda genotipnya.
2.
Kegiatan herbidisasi
terdiri atas mengumpulkan tepung sari, kastrasi, hibridisasi, memberi tanda dan
etiket, pembungkusan dan kontrol.
3.
Kastrasi harus dilakukan
sebelum bunga mekar dengan tujuan agar benang sari tidak keluar lebih dahulu.
4.
Tingkat keberhasilan
hibridisasi antara padi varietas Situgonggo dan Danau tempe adalah sebesar
7,03%.
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hibridisasi (persilangan) adalah
penyerbukan silang antara tetua yang berbeda susunan genetiknya. Pada tanaman
menyerbuk sendiri hibridisasi merupakan langkah awal pada program pemuliaan
setelah dilakukan pemilihan tetua. Umumnya program pemuliaan tanaman menyerbuk
sendiri dimulai dengan menyilangkan dua tetua homozigot yang berbeda
genotipenya. Pada tanaman menyerbuk silang, hibridisasi biasanya digunakan
untuk menguji potensi tetua atau pengujian ketegaran hibrida dalam rangka
pembentukan varietas hibrida. Selain itu, hibridisasi juga dimaksudkan untuk
memperluas keragaman. Tujuan utama melakukan persilangan adalah Menggabungkan semua sifat baik ke dalam satu
genotipe baru, Memperluas keragaman genetic, Memanfaatkan vigor hibrida atau
Menguji potensi tetua (uji turunan). Dari keempat tujuan utama ini dapat
disimpulkan bahwa hibridisasi memiliki peranan penting dalam pemuliaan tanaman,
terutama dalam hal memperluas keragaman.
Pemuliaan tanaman pada dasarnya
adalah kegiatan memilih atau menyeleksi dari suatu populasi untuk mendapatkan
genotipe tanaman yang memiliki sifat-sifat unggul yang selanjutnya akan
dikembangkan dan diperbanyak sebagai benih atau bibit unggul. Namun demikian,
kegiatan seleksi tersebut seringkali tidak dapat langsung diterapkan, karena
sifat-sifat keunggulan yang dimaksud tidak seluruhnya terdapat pada satu
genotipe saja, melainkan terpisah pada genotipe yang lainnya. Misalnya, suatu
genotipe mempunyai daya hasil yang tinggi tapi rentan terhadap penyakit,
sedangkan genotipe lainnya memiliki sifat-sifat lainnya (sebaliknya). Jika
seleksi diterapkan secara langsung maka kedua sifat unggul tersebut akan selalu
terpisah pada genotipe yang berbeda. Oleh sebab itu untuk mendapatkan genotipe
yang baru yang memiliki kedua sifat unggul tersebut perlu dilakukan
penggabungan melalui rekombinasi gen. Persilangan merupakan salah satu cara
untuk menghasilkan rekombinasi gen. Secara teknis, persilangan dilakukan dengan
cara memindahklan tepung sari kekepala putik pada tanaman yang diinginkan
sebagai tetua, baik pada tanaman yang menyerbuk sendiri (self polination crop)
maupun pada tanaman yang menmyerbuk silang (cross polination crop).
Keberhasilan persilangan sangat ditentukan oleh pemulia tanaman mengenai tehnik
persilangan itu sendiri maupun pada pengetahuan akan bunga,misalnya:
a. Stuktur bunga.
b. Waktu berbunga.
c. Saat bunga mekar.
d. Kapan bunga betina siap menerima
bunga jantan (tepung sari).
e. Tipe penyerbukan.
Tujuan pemuliaan tanaman salah
satunya adalah untuk mendapatkan varietas tanaman yang lebih baik. Varietas tanaman yang baik berasal dari
gen-gen yang menyusun sifat-sifat baik pula. Gen-gen tersebut diambil dari
koleksi gen di dalam plasma nutfah yang berasal dari hasil mutasi, varietas
lokal, kegiatan pemuliaan, dan introduksi tanaman. Cara untuk mendapatkan
varietas tanaman yang lebih baik yaitu dengan fusi protoplas, kultur jaringan,
induksi mutasi, transfer gen, dan hibiridisasi.
Hibridisasi adalah tindakan menyebuki suatu tanaman dengan tepung sari
yang berasal dari varietas lain pada suatu jenis tanaman.
B. Tujuan
Menghasilkan biji F1 dengan kombinasi sifat tetua dari
persilangan jagung, sebagai salah satu tahap upaya perakitan varietas baru
untuk tanaman menyerbkan silang.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian dari hibridisasi adalah
suatu tindakan menyerbuki bunga-bunga yang telah dikastrasi dengan tepung sari
dari jenis tanaman yang dikendaki oleh penyerbuk. Menurut Soemedi (1977), hibridisasi dalam
pemuliaan tanaman padi sebagai usaha terbaik untuk mendapatkan varietas
baru. Fungsi hibridisasi yang lain
menurut Nasir (2001) adalah untuk menguji potensi satu atau beberapa tetua.
Hibridisasi dilakukan dengan menggosok-gosokkan pinset halus (dimasukkan) satu
benang sari pada putik dari bunga yang telah dikastrasi. Cara yang lainnya dari hibridisasi adalah
dengan menggoyang-goyangkan bunga yang mekar diatas bunga-bunga yang telah
dikastrasi.
Penyerbukan silang adalah jatuhnya
serbuk sari dari anter ke stigma bunga yang berbeda. Contoh dari persilangan
ini adalah ubi kayu, alfalfa, jagung, padi liar ,dan lain-lain.
Terjadinya penyerbukan silang disebabkan oleh:
Ø Gangguan
mekanis terhadap penyerbukan sendiri.
Ø Perbedaan
periode matang sebuk sari dan kepala putik.Sterilitas dan inkompatibilitas
Ø Adanya
bunga monocious dan diocious.
Ø Jagung
adalah tipe monocious, staminate terdapat diujung batang dan pistilate pada
batang.
Ø Serbuk
sari mudah diterbangkan angin sehingga penyerbukan lebih dominan meskipun
penyerbukan sendiri bisa terjadi 5% atau lebih. (Anonim, 2011)
Tanaman jagung mempunyai komposisi genetik yang sangat
dinamis karena cara penyerbukan bunganya menyilang. Fiksasi gen-gen unggul
(favorable genes) pada genotipe yang homozigot justru akan berakibat depresi
inbreeding yang menghasilkan tanaman kerdil dan daya hasilnya rendah. Tanaman
yang vigor, tumbuh cepat, subur, dan hasilnya tinggi justru diperoleh dari
tanaman yang komposisi genetiknya heterozigot. Varietas hibrida merupakan
generasi pertama hasil persilangan antara tetua berupa galur inbrida. Varietas
hibrida dapat dibentuk pada tanaman menyerbuk sendiri maupun menyerbuk silang.
Jagung merupakan tanaman pertama yang dibentuk menghasilkan varietas hibrida
secara komersial. (Pusat Perlindungan Varietas Tanaman, 2006)
III.
METODE PRAKTIKUM
A.
Bahan
dan Alat
1. Tongkol tetua betina
2. Malai tetua jantan
3. Kantong kertas besar
4. Kantong kertas sedang
5. Trigonal klip/stapler-isi stapler
6. Label
7. Pensil
B.
Prosedur
Kerja
1. Ditentukan / disiapkan bunga jantan
dan bunga betina yang akan digunakan sebagai tetua dalam pelaksanaan
hibridisasi. Pada tahap ini dilakukan pemilihan terhadap tetua jantan (malai)
yang sehat dan kotak sarinya belum pecah. Begitu pula dengan tetua betina
(tongkol) dilakukan pemilihan terhadap tetua betina yang masih sehat dan belum
tersebuki.
2. Disungkup bunga betina dengan
kantong kertas, untuk menghindari tersebuki oleh sebuk sari yang tidak
dikehendaki.
3. Tanaman pejantan tetap dibiarkan
bunga jantannya keluar dan berkembang. Menjelang bunga jantan mekar, sungkup
dengan kantong kertas untuk mencegah hilangnya serbuk sari yang akan digunakan
untuk menyerbuki bunga betina.
4. Penyerbukan dilakukan dengan
menggoyang-goyangkan malai pada kantong penutupnya, sehingga serbuksari
terkumpul.
5. Kantong yang berisi serbuk sari
dilepaskan dari malai dengan hati-hati, agar serbuk sari tidak kelura dan tidak
terjadi kontaminasi, dekatkan pada ujung rambut tongkol bunga betina.
6. Jika sudah terlalu panjang, rambut
tongkol dipotong hingga panjangnya kira-kira 2 cm dari ujung tongkol. Dengan
demikian rambut tongkol menjadi rata.
7. Sebuk sari ditaburka pada ujung
rambut tongkol dengan cepat untuk menghindari kontaminasi.
8. Setelah penyerbukan selesai, tongkol
ditutup kembali dengan kantong malai, dan dikuatkan pada batang dengan
staplers.
9. Pada kantong ditulis tanggal dan
jenis persilangan.
10. Dipelihara dan diamati perkembangan
bakal biji pada tongkol setelah 2 minggu dilakukannya persilangan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Jumlah biji yang terbentuk 475
B. Pembahasan
Hibridisasi (persilangan) adalah
penyerbukan silang antara tetua yang berbeda susunan genetiknya. Pada tanaman
menyerbuk sendiri hibridisasi merupakan langkah awal pada program pemuliaan
setelah dilakukan pemilihan tetua. Umumnya program pemuliaan tanaman menyerbuk
sendiri dimulai dengan menyilangkan dua tetua homozigot yang berbeda
genotipenya. Pada tanaman menyerbuk silang, hibridisasi biasanya digunakan
untuk menguji potensi tetua atau pengujian ketegaran hibrida dalam rangka
pembentukan varietas hibrida. Selain itu, hibridisasi juga dimaksudkan untuk
memperluas keragaman. (Nasir, 2001).
Faktor – faktor yang harus diperhatikan ketika melakukan
hibridisasi pada tanaman menyerbuk silang
1.
Internal
Ø Pemilihan Tetua.
Ada lima kelompok sumber plasma
nutfah yang dapat dijadikan tetua persilangan yaitu: (a) varietas komersial,
(b) galur-galur elit pemuliaan, (c) galur-galur pemuliaan dengan satu atau
beberapa sifat superior, (d) spesies introduksi tanaman dan (e) spesies liar.
Peluang menghasilkan varietas unggul yang dituju akan menjadi besar bila tetua
yang digunakan merupakan varietas-varietas komersial yang unggul yang sedang
beredar, galur-galur murni tetua hibrida, dan tetua-tetua varietas sintetik.
Ø Waktu Tanaman Berbunga.
Dalam melakukan persilangan harus
diperhatikan: (1) penyesuaian waktu berbunga. Waktu tanam tetua jantan dan
betina harus diperhatikan supaya saat anthesis dan reseptif waktunya bersamaan,
(2) waktu emaskulasi dan penyerbukan. Pada tetua betina waktu emaskulasi harus
diperhatikan, seperti pada bunga kacang tanah, padi harus pagi hari, bila
melalui waktu tersebut polen telah jatuh ke stigma. Juga waktu penyerbukan
harus tepat ketika stigma reseptif. Jika antara waktu antesis bunga jantan dan
waktu reseptif bunga betina tidak bersamaan, maka perlu dilakukan
singkronisasi. Caranya dengan membedakan waktu penanaman antara kedua tetua,
sehingga nantinya kedua tetua akan siap dalam waktu yang bersamaan. Untuk
tujuan sinkronisasi ini diperlukan informasi tentang umur tanaman berbunga.
(Syukur, 2009)
2. Eksternal
Ø Pengetahuan tentang Organ Reproduksi
dan Tipe Penyerbukan.
Untuk dapat melakukan penyerbukan
silang secara buatan, hal yang paling mendasar dan yang paling penting
diketahui adalah organ reproduksi dan tipe penyerbukan. Dengan mengetahui organ
reproduksi, kita dapat menduga tipe penyerbukannya, apakah tanaman tersebut
menyerbuk silang atau menyerbuk sendiri. Tanaman menyerbuk silang dicirikan
oleh struktur bunga sebagai berikut :
a. secara morfologi, bunganya mempunyai
struktur tertentu.
b. waktu antesis dan reseptif berbeda.
c. inkompatibilitas atau
ketidaksesuaian alat kelamin.
d. adanya bunga monoecious dan
dioecious.
Ø Cuaca Saat Penyerbukan.
Cuaca sangat besar peranannya dalam
menentukan keberhasilan persilangan buatan. Kondisi panas dengan suhu tinggi
dan kelembaban udara terlalu rendah menyebabkan bunga rontok. Demikian pula
jika ada angin kencang dan hujan yang terlalu lebat.
Ø Pelaksanaan.
Pemulia yang melaksanakan hibridisasi harus
dengan serius dan bersungguh-sungguh dalam melakukan hibridisasi, karena jika
pemulia ceroboh maka hibridisasi akan gagal. (Syukur, 2009).
Pada palaksanaan praktikum hibridisasi tanaman menyerbuk
silang kali ini bahan yang digunakan untuk pelaksanaan praktikum adalah tanaman
jagung. Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaanya antara
lain:
a. Menentukan bunga jantan dan bunga
betina yang akan digunakan sebagai tetua dalam pelaksanaan hibridisasi. Pada
tahap ini dilakukan pemilihan terhadap tetua jantan (malai) yang sehat dan
kotak sarinya belum pecah. Begitu pula dengan tetua betina (tongkol) dilakukan
pemilihan terhadap tetua betina yang masih sehat dan belum tersebuki. Kegiatan
ini dilakukan sebelum pelaksanaan hibridisasi dimulai dan tetua yang terpilih
kemudian disungkup dengan kantong kertas.
b.
Menyiapkan
alat yang akan digunakan untuk pelaksanaan hibridisasi
c.
Polinasi
(pemindahan pollen ke kepala putik), dilakukan setelah tetua jantan dan tetua
betina diisolasi. Pada kegiatan ini sungkup pada masing-masing tetua dibuka,
kemudian pollen dari tetua jantan dijatuhkan di atas putik tetua betina.
d.
Pembungkusan.
Setelah polinasi dilakukan, kemudian tetua betina disugkup kembali.
e.
Pemberian
label pada tanaman yang telah dilakukan hibridisasi.
f.
Setelah
beberapa hari, kemudian diamati perubahan yang terjadi pada penyerbukan silang
tersebut, dengan cara mengamati perubahan yang terjadi pada tongkol buah
jagung.
g.
Menentukan
tingkat keberhasilannya.
Adapun fungsi diadakannya hibridisasi pada tanaman menyerbuk
silang adalah :
a.
Menggabungkan
semua sifat baik ke dalam satu genotipe baru;
b.
Memperluas
keragaman genetik.
c.
Memanfaatkan
vigor hibrida.
d.
Menguji potensi tetua (uji turunan).
Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa hibridisasi memiliki peranan penting dalam pemuliaan tanaman,
terutama dalam hal memperluas keragaman. Contohnya Varietas hibrida yang
merupakan generasi pertama hasil persilangan antara tetua berupa galur inbrida.
Varietas hibrida dapat dibentuk pada tanaman menyerbuk sendiri maupun menyerbuk
silang. Jagung merupakan tanaman pertama yang dibentuk menghasilkan varietas
hibrida secara komersial. (Allard, 1992 ).
Pengamatan
tanaman jagung dilakukan saat panen meliputi:
a. Jumlah
tongkol yang jadi (buah).
b. Panjang
tongkol (cm), diukur setelah tongkol dikupas.
c. Diameter
tongkol (cm), diukur pada bagian tengah tongkol.
d. Jumlah
biji per tongkol
Hasil
persilangan jagung terlihat jumlah biji yang dihasilkan tidak rata atau tongkol
yang bernas sedikit, hal ini menunjukkan serbuk sari pejantannya sedikit yang
berhasil membuahi putik. Berdasarkan
hasil pengamatan terhadap hibridisasi yang dilakukan, menurut kelompok kami
hibridisasi tersebut sudah berhasil, sebab bunga betina yang diamati
menunjukkan tanda-tanda keberhasilan hibridisasi yaitu bulu-bulu benang tongkol
berubah warna menjadi kecoklatan dan tongkol membesar. Keberhasilan suatu
persilangan buatan dapat dilihat kira-kira satu minggu setelah dilakukan
penyerbukan. Jika calon buah mulai membesar dan tidak rontok maka kemungkinan
telah terjadi pembuahan. Sebaliknya, jika calon buah tidak membesar atau rontok
maka kemungkinan telah terjadi kegagalan pembuahan.
Tanda Keberhasilan Hibridisasi pada tanaman jagung
- Tongkol jagung membesar
- Rambut tongkol berwarna kecoklatan dan rontok.
(Syukur, 2009).
V. SIMPULAN
a. Untuk
meningkatkan keberhasilan hibridisasi pada tanaman menyerbuk silang, hal-hal
penting yang perlu diperhatikan adalah (1) pemilihan tetua dalam hubungannya
dengan tujuan dilakukannyapersilangan, (2) pengetahuan tentang morfologi dan
metode reproduksi tanaman, (3) waktutanaman bunga (waktu bunga mekar/tanaman
berbunga), dan (4) keadaan cuaca saatpenyerbukan.
b. Tanda Keberhasilan Hibridisasi pada
tanaman jagung
ü Tongkol jagung membesar.
ü Rambut tongkol berwarna kecoklatan
dan rontok.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan
kebutuhan pangan baik dari segi kualitas maupun kuantitas selalu terjadi. Salah
satu cara untuk meningkatkan mutu dari tanaman adalah dengan menggunakan metode
pemuliaan tanaman. Pemuliaan tanaman
adalah suatu metode yang sistematis merakit keragaman genetik menjadi suatu
bentuk yang bermanfaat bagi kehidupan manusia (sunarto, 1997). Tujuan utama dari pemuliaan tanaman adalah
untuk mendapatkan varietas yang lebih baik yang menguntungkan pera petani yang
menanamnya. Sebelum varietas baru yang terbentuk disebarluaskan dan dilempar
kepasaran petani, ada beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain :
a.
Adanya
pembuktian keunggulan dari varietas baru melalui berbagai macam pengujian.
b.
Adanya pengujian
multilokasi yang bekerja sama dengan instansi daerah.
c.
Melakukan
pencatatan secara teliti dalam berbagai sifat serta digunakan berbagai disain
eksperimen (percobaan) yang tepat.
Kewajiban para pemulia untuk
mempertahankan benih misalnya dengan klon, berbagai galur murni/galur silang
dalam (inbreed) untuk varietas hibrida atau sebagai galur-galur yang membentuk
varietas kompasit yang dijaga agar susunan genetiknya berubah. (Makmur, 1995).
Mengingat pentingnya masalah benih maka
sudah sewajarnya penggunaan benih dan pemilihan benih mendapat perhatian
khusus. Penentuan benih dapat dilakukan dengan menentukan bobot 1000 biji.
Pengetahuan tetang biji akan mempermudah dalam penentuan benih, sebagai contoh
ketika biji sudah besar dan mempunyai bobot yang berat menandakan bahwa biji tersebut
sudah matang atau benar-benar masak. Biji yang baik untuk dijadikan benih
adalah biji yang telah benar-benar masak.
Benih ataupun benih adalah faktor penetu
pertama berhasilnya pertanian yang dilakukan. Benih yang baik akan mendatangkan
hasil yang baik pula bagi pertanian yang di kembangkan. Namun sebaliknya benih
yang buruk mampu mengakibatkan kegagalan hasil pada pertanian yang diusahakan.
Oleh karena itu perlu adanya pengujian benih untuk mendapatkan benih yang baik
untuk pertanian yang diusahakan.
Biji yang baik dari berbagai lahan
pertanian harus mempunyai suatu varietas superior. Karakteristik biji yang baik
pada umumnya terlihat dari pertumbuhan bijinya.
Biji yang baik dijelaskan oleh Hayes (1942), yaitu harus mempunyai
sifat-sifat antara lain :
1. Mampu
beradaptasi terhadap lingkungan dan tanah.
2. Kemurnian
jenisnya tinggi.
3. Daya
produksinya tinggi.
4. Karakter-karakter
agronomi sesuai dengan yang diinginkan.
5. Ketahanan
terhadap hama penyakit tinggi.
6. Kualitas
sifat-sifat khusus baik.
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan
bobot 1000 biji dari suatu tanmaan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Benih atau biji mempunyai arti dan
pengertian yang bermacam-macam, tergantung dari bidang, dan dari segi mana
peninjauannya. Biji merupakan alat untuk mempertahankan kelanjutan hidup jenis
(spesies) suatu tumbuhan yaitu dengan cara mempertahankan atau memeperpanjang
kehidupan embryonic axis. Kehidupan embryonic axis dalam biji kemudian berubah
menjadi kehidupan bentuk baru sampai bertahun-tahun sesudah tanaman induknya
mati (Jurnalis Kamil, 1979).
Benih adalah simbol dari suatu
permulaan, ia merupakan inti dari kehidupan di alam semesta dan yang paling
penting adalah kegunaannya sebagai penyambung dari kehidupan tanaman. Dalam
konteks agronomi, benih dituntut untuk bermutu tinggi, sebab benih harus mampu
menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimum sebagai teknologi yang maju
(Lita Sutopo, 1985).
Benih yang digunakan sebagai alat
perkembangbiakan suatu tanaman harus mempunyai mutu dan kualitas yang
baik. Benih bermutu dan memiliki
kualitas yang baik adalah benih yang berasal dari bibit yang unggul dan setelah
dibudidayakan mempunyai hasil dengan kuantitas dan kualitas yang baik
pula. Salah satu cara untuk menjaga mutu
dan kualitas benih adalah dengan penggunaan benih bersertifikat yang pada
proses produksinya diterapkan cara dan persyaratan tertentu sesuai dengan
ketentuan sertifikasi benih. Bobot 1000
biji merupakan salah satu persyaratan dalam kegiatan sertifikasi benih sehingga
diperlukan teknik dan metode tertentu dalam menentukan bobot 1000 biji.
Menurut Kartasapoetra, dkk (1992), benih
yang berkualitas tinggi itu memiliki daya tumbuh lebih dari 90 persen, dengan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1. Memiliki
viabilitas atau dapat mempertahankan kelangsungan pertumbuhannya menjadi
tanaman yang baik atau mampu berkecambah (tumbuh dengan normal) merupakan
tanaman yang menghasilkan atau sering disebut juga sebagai benih yang matang.
2. Memiliki
kemurnian (trueness seeds), artinya terbebas dari kotoran, terbebas dari benih
jenis tanaman lain, terbebas dari benih varietas lain, dan terbebas dari biji
herba, hama, dan penyakit.
Pengujian benih ditujukan untuk
mengetahui mutu atau kualitas benih. Pengujian kualitas benih dilakukan di
laboratorium untuk menentukan baik mutu fisik maupun mutu fisiologik suatu
jenis atau kelompok benih. Pengujian terhadap mutu fisik benih mencakup
kegiatan pengambilan contoh benih, kadar air benih dan berat 1000 butir benih.
Sedangkan pengujian terhadap mutu fisiologik benih mencakup kegiatan pengujian
daya kecambah, kekuatan tumbuh, dan kesehatan benih (Lita Sutopo, 2002).
III. METODE PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
1. Biji
padi (Oryza sativa)
2. Biji
kacang tanah (Arachis hypogaea L.)
3. Biji
kedelai (Glycine max L.)
4. Hand
counter
5. Timbangan
analitik
B. Prosedur Kerja
1. Metode
1
a. Diambil
benih sebanyak 1000 butir dan ditimbang
b. Dicatat
angka hasil penimbangan
c. Dihitung
bobot 1000 biji dengan rumus:
Bobot 1000 biji (g) =
bobot biji
d. Dikerjakan
5 kali ulangan.
2. Metode
11
a. Diambil
benih sebanyak 200 butir dan ditimbang
b. Dicatat
angka hasil penimbangan
c. Dihitung
bobot 1000 biji dengan rumus:
Bobot
1000 biji (g) =
bobot biji
d. Dikerjakan
5 kali ulangan.
3. Metode
111
a. Diambil
benih sebanyak kurang lebih 1000 butir dan ditimbang
b. Dicatat
angka hasil penimbangan
c. Dihitung
bobot 1000 biji dengan rumus:
Bobot
1000 biji (g) =
bobot biji
d. Dikerjakan
5 kali ulangan.
4. Dibuat
table untuk masing-massing metode.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
METODE 1
No
|
Bobot
1000 biji = x
|
Bobot
1000 biji = y
|
V
(M-y)
|
|
1.
|
29.
50 g
|
29.
50 g
|
+
0.67
|
0.4489
|
2.
|
30.
8 g
|
30.
8 g
|
-
0. 63
|
0.
3969
|
3.
|
27.
70 g
|
27.
70 g
|
+
2. 47
|
6.1009
|
4.
|
33.
45 g
|
33.
45 g
|
-
3. 28
|
10.7584
|
5.
|
29.
40 g
|
29.
40 g
|
0.
77
|
0.5929
|
∑
|
|
150.
85 g
|
|
18.298
|
Berat rata-rata M =
=
=
30. 17 g
Salah menengah =
=
=
=
=
0. 9149
Bobotbiji yang sebenarnya = 30. 17 ± 0.9149
METODE II
No
|
Berat
200 biji = x
|
Bobot
1000 biji = y
|
V
(M-y)
|
|
1.
|
5.
2 g
|
26.00
g
|
1.6
|
2.56
|
2.
|
5.
5 g
|
27.50
g
|
0.1
|
o.o1
|
3.
|
6.
3 g
|
31.50
g
|
-3.9
|
15.21
|
4.
|
5.
3 g
|
26.50
g
|
1.1
|
1.21
|
5.
|
5.
3 g
|
26.50
g
|
1.1
|
1.21
|
∑
|
|
Y=
138 g
|
|
20.2
|
Berat rata-rata M =
=
=
27.6 g
Salah menengah =
=
=
=
=
1.01 g
Bobotbiji yang sebenarnya = 27. 6 ±1.01 g
METODE III
No
|
Berat
200 biji = x
|
Bobot
1000 biji = y
|
V
(M-y)
|
|
1.
|
31.
2 g
|
25.34
g
|
0.26
|
0.0676
|
2.
|
42.2
g
|
24.52
g
|
1.08
|
1.1664
|
3.
|
43.2
g
|
25.62
g
|
-0.02
|
0.0004
|
4.
|
53.1
g
|
27.03
g
|
-1.43
|
2.0449
|
5.
|
42.6
g
|
25.49
g
|
o.11
|
0.0121
|
∑
|
|
Y=
128 g
|
|
3.2914
|
Berat rata-rata M =
=
=
25.6 g
Salah menengah =
=
= 0.16 g
Bobotbiji yang
sebenarnya = 25. 6 ± 0.16 g
B. Pembahasan
Bobot
1.000 biji merupakan berat nisbah dari 1.000 butir benih yang dihasilkan oleh
suatu jenis tanaman atau varietas. Pengujian
bobot 1000 biji adalah kegiatan menelaah benih dengan membandingkan dengan
bobot benih dengan deskripsi yang telah ada sehingga dapat diketahui kualitas
benih. Benih dengan bobot besar dapat dianggap baik karena dimungkinkan benih
tersebut benar-benar masak pada saat pemanenanya. Berbeda dengan bibit yang
pemanenannya sebelum masak maka bibit itu akan ringan.
Salah satu aplikasi
penggunaan bobot 1.000 biji adalah untuk menentukan kebutuhan benih dalam satu
hektar. Penentuan benih dapat dilakukan dengan menetukan bobot 1000 biji.
Dengan mengetahui biji yang besar atau berat berarti menandakan biji tersebut
pada saat dipanen sudah dalam keadaan yang benar-benar masak, karena biji yang
baik untuk ditanam atau dijadikan benih adalah biji yang benar-benar masak.
Penggunaan bobot 1000 biji adalah untuk mencari bobot rata-rata yang dapat
menyebabkan ukuran benih yang konstan dalam beberapa spesies karena penggunaan
contohnya terlalu banyak, hal ini dapat menutupi variasi dalam tiap individu
tumbuhan. Pada banyak spesies bobot benih merupakan salah satu ciri fenotip
yang paling kurang fleksibel.
Pengujian benih ini
dilakukan untuk mengetahui kualitas benih. Penentuan kualitas ini dapat
ditentukan berdasarkan bobot seribu benih dan pengujian kemurnian benih.
Penetapan bobot 1000 mempunyai tujuan yang sama dengan tujuan memilih bibit
atau benih yang lebih baik, yaitu supaya tanaman yang akan memperoleh hasil
yang lebih banyak dan sesuai keinginan penyeleksi. (Soepomo, 1968).
Bobot 1000 biji
merupakan karakter penting dalam pengadaan suatu varietas unggul baru karena
menentukan jumlah produksi. Tinggi bobot 1000 biji dipengaruhi lingkungan pada
saat fase pematangan biji. Produksi adalah jumlah berat hasil yang dikumpulkan
dari tempat pemeliharaan yang diusahakan dengan skala kecil maupun skala besar.
Produksi padi yang tinggi merupakan salah satu sifat yang diinginkan oleh petani.
Menurut Taslin et. al. (1989), produksi padi dapat diketahui melalui karakter
bobot 1000 biji, persentase gabah isi, jumlah gabah per malai, dan bobot gabah
per petak efektif kg/m2.
Penentuan berat
untuk 1000 butir benih dilakukan karena karakter ini merupakan salah satu ciri
dari suatu jenis benih yang juga tercantum dalam deskripsi varietas. Benih
dapat dihitung secara manual dengan menggunakan sebuah spatula dan diletakkan
pada sebuah tempat dengan warna permukaan kontras terhadap berwarna benih,
kemudian jumlah benih tersebut ditimbang. Pekerjaan menghitung jumlah benih
akan lebih mudah dengan alat penghitung automatik. Bila alat tersebut digunakan
secara benar maka tingkat ketepannya adalah sekitar + 5 % (Sutopo, 2002).
Pengujian biji
dipilih berukuran yang besar dan berat karena diduga behwa biji yang berukuran
besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih banyak, kemungkinan
ukuran embrionya lebih besar dibandingkan dengan benih yang berukuran kecil.
Berat benih menentukan pula berat tanaman pada saat dipanen dan besarnya
kecambah pada permulaan.
Besar dan berat
dari biji (benih) dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
Ø Benih induk besar atau berat sehingga menghasilkan biji yang berat atau
besar pula.
Ø Adanya pengaruh faktor genetik dan agrogeologi.
Ø Kematangan vegetasi, semakin matang vegetasi biji semakin berat.
Ø Habitat tanaman, pada habitat tanaman yang kering biji yang dihasilkan
besar.
Ø Panjang hari yang dialami oleh tumbuhan pada waktu pembentukan primordial
bunga.
Pengujian kemurnian
benih yang merupakan hasil dari penentuan bobot 1000 biji adalah pengujian atas
dasar keselarasan dengan faktor kualitas benih. Faktor kualitas benih yaitu
prosentase benih murni, benih tanaman lain, biji herba, kotoran yang tercampur,
daya dan kecepatan kecambah, daya tumbuh benih, terbebasnya benih dari
penyakit, kadar air serta hasil pengujian berat benih perseribu benih.
Secara garis besar
perbedaan yang terjadi antara pengguaan metode I, metode II dan metode III
tidak menunjukkan adanya sebuah perbedaan bobot biji yang sebenarnya secara
mencolok.
Perbedaan bobot
diantara biji tersebut mungkin dikarenakan ukuran biji yang berbeda. Rata-rata
bobot benih cenderung menjadi ciri yang tetap dari setiap spesies. Ukuran benih
sedikit banyak merupakan fungsi dari ukuran tumbuh induknya. Benih yang sangat
kecil merupakan ciri dari tumbuhan yang parasitik atau saprofitik, paling tidak
dalam tahapan dini pertumbuhannya. Benih atau biji yang berukuran besar juga
memiliki kerugian, yakni benih atau biji yang besar memiliki selaput benih yang
relatif jauh lebih berat (Wahju Qamara, 1990). Hal ini juga dapat mempengaruhi
bobot 1000 biji.
Bobot 1000 biji
perlu ditetapkan, karena membantu kita untuk menegetahui bobot rata-rata dari
suatu biji tertentu yang mewakili keseluruhan kelompok biji lebih besar
jumlahnya. Biji yang mempunyai bobot besar, biasanya biji tersebut dianggap
mempunyai ukuran yang besar. Dalam prakteknya orang-orang cenderung memilih
biji yang berukuran besar dari pada biji yang berukuran kecil, karena diduga
bahwa biji yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan lebih
banyak, mungkin pula mempunyai embrio yang lebih besar. Berat benih atau biji
berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi, karena berat benih
menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan berat tanaman pada saat
dipanen, sehingga dapat meningkatkan hasil produksi (Lita Sutopo, 1985).
Berdasarkan
percobaan pada bobot 1000 biji, dari ketiga macam metode yang digunakan hasil
yang diperoleh tidak berbeda jauh.
Metode III hasilnya kurang maksimal dari pada metode-metode yang
lainnya. Hal ini disebabkan karena besar
biji tidak sama, ada yang terlalu kecil maupun terlalu besar dan ketelitian
dari praktikan sendiri juga sangat mempengaruhi hasil yang diperoleh, sehingga
bobot 1000 bijinya tidak dapat dihitung dengan tepat. Metode yang paling baik untuk menghitung
bobot 1000 biji adalah metode I. Hal ini
disebabkan pada metode I kita benar-benar menghitung 1000 biji dan kemudian
menimbangnya, sehingga hasilnya lebih mendekati dari pada metode-metode yang
lain. Sedangkan pada metode 111 kita
hanya mengambil sampel dengan mengira-ngira saja, sehingga kemungkinan
adanya factor human error.
V. SIMPULAN
Ø Bobot 1.000 biji merupakan berat
nisbah dari 1.000 butir benih yang dihasilkan oleh suatu jenis tanaman atau
varietas.
Ø Pengujian bobot 1000 biji merupakan salah satu cara dalam
pengujian biji yang bermutu dan berkualitas.
Ø Bobot 1000 biji suatu tanaman bukan merupakan sifat yang
dapat diwariskan.
Ø Faktor yang mempengaruhi bobot/besarnya biji adalah umure
biji, lama biji berada di lapangan setelah masak, lingkungan, dan waktu
pemanenan.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan varietas unggul untuk
meningkatkan produksi tanaman merupakan usaha yang paling mudah diserap oleh
petani. Semakin banyak varietas yang
beredar di kalangan petani, diharapkan peningkatan produksi tanaman dapat
terjamin. Penyebaran masing-masing
varietas unggul bervariasi tergantung keunggulannya, daya adaptasi dan selera
konsumen terhadap sifat-sifat yang dimiliki oleh setiap varietas.
Penggunaan varietas unggul harus
disertai tersedianya benih yang bermutu tinggi yang dalam penyediaannya
ditempuh dengan penerapan sistem sertifikasi.
Dala kegiatan sertifikasi, kegiatan pkoknya adalah menilai kemurnian
benih secara genetis melalui sifat morfologi yang nampak. Untuk itu deskripsi carietas yang berisi
sifat-sifat morfologis dapat membantu untuk menilai kemurnian benih. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya
pemahaman yang baik mengenai sifat0sifat morfologi yang disajikan dalam deskripsi
tanaman.
Deskripsi merupakan suatu panduan yang
menyajikan sejarah asal-usul sifat-sifat morfologi, reaksi ketahanan terhadap
penyakit dan hama utama serta anjuran tanam.
Sifat-sifat morfologi yang disajikan dalam deskripsi sehingga sebagian
besar merupakan sifat yang diatur secara kuantitatif sehingga penampilannya
dapat menimbulkan variasi fisik. Variasi
tersebut dapat terjadi pada seua varietas terutama apabila ditanam pada lokasi
dan musil tanam yang berbeda.
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan :Mengetahui
deskripsi tiap-tiap tanaman secara keseluruhan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam upaya untuk terus meningkatkan
produksi pertanian, para pemulia tanaman senantiasa berusaha menciptakan
varietas unggul modern yang memiliki sifat-sifat yang dinginkan dan cocok untuk
kondisi lingkungan tertentu (Anonim,2010).
Penelitian di bidang pemuliaan
tanaman dikatakan berhasil, apabila diperoleh produk akhir, yaitu adanya
pelepasan varietas unggul baru. Sejak tahun 1971 Pemerintah telah mengambil
kebijaksanaan mengenai kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan masalah
perbenihan yakni dengan dibentuknya Badan Benih Nasional atau BBN yang berada
dalam lingkup Departemen Pertanian dan bertanggung jawab kepada Menteri
Pertanian. Dalam susunan organisasi BBN ini antara lain dibentuk Tim Penilai
dan Pelepas Varietas. Dalam kaitan ini pada tahun 1992 diberlakukan Undang
Undang Nomor 12/1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman di mana pengaturan
pelaksanaannya tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 (Sucipto, A. 1993).
Di sini antara lain ditegaskan bahwa dalam
pelepasan varietas diperlukan berbagai kebutuhan kelembagaan, syarat-syarat dan
prosedur pelepasan varietas. Dalam tulisan ini akan disampaikan kepada para
pemulia suatu kajian tentang prosedur dan syarat-syarat dan prosedur pelepasan
varietas. Dalam tulisan ini akan disampaikan kepada para pemulia suatu kajian
tentang prosedur dan syarat-syarat pelepasan varietas untuk dapat dipenuhi pada
waktu pengajuan usulan dan pembahasan oleh Tim Penilai dan Pelepas Varietas,
sehingga apa yang menjadi tujuan dapat berjalan lancer (Sucipto, A. 1993).
SYARAT-SYARAT
PELEPASAN VARIETAS
Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 476/Kpts/Um
8/1977 menetapkan syarat-syarat dan prosedur pelepasan varietas:
1. Untuk Varietas yang akan dilepas harus
diberikan silsilah bahan asal dan cara mendapatkannnya.
2. Metode seleksi yang digunakan harus disebutkan
3. Untuk varietas yang akan dilepas harus
diadakan percobaan adaptasi, dibandingkan dengan varietas baku, di beberapa
tempat yang mewakili daerah, di mana varietas tersebut akan dianjurkan.
4. Percobaan adaptasi dilaksanakan sedemikian
rupa sehingga data yang diperoleh dapat dipercaya.
5. Rancangan percobaan dan cara analisa
data percobaan harus memenuhi kaidah statistik.
6. Untuk varietas yang akan dilepas harus
tersedia cukup benih.
PROSEDUR
PELEPASAN VARIETAS
1. Permohonan pelepasan varietas diajukan secara
tertulis kepada Menteri Pertanian melalui Ketua Badan Benih Nasional.
2. Permohonan pelepasan varietas tersebut harus
dilampiri keterangan-keterangan mengenai hal-hal yang disebutkan dalam
syarat-syarat pelepasan varietas, hasil percobaan dan deskripsi varietas.
3. Deskripsi varietas meliputi sifat-sifat
morfologi, fisiologi, agronomi daya adaptasi, ketahanan terhadap hama/penyakit
dan sifat-sifat yang dianggap perlu.
4. Setelah mendengarkan pendapat Ketua BBN,
Menteri Pertanian dapat menyetujui atau menolak permohonan pelepasan varietas
tersebut.
5. Keputusan tentang pelepasan varietas
ditetapkan oleh Menteri Pertanian dengan Surat Keputusan.
6. Penyimpangan dari ketentuan-ketentuan
dimaksud dalam Surat Keputusan ini dapat dipertimbangkan oleh Menteri Pertanian
atas saran Ketua Badan Benih Nasional.
III. METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1.
Penggaris
2.
Busur derajat
3.
Tanaman dari varietas yang akan dicandra.
B. Prosedur Kerja
1)
Penampilan tanaman yang akan diseskripsikan diamati
2)
Data tanaman yang dideskripsi diambil
3)
Berdasarkan data yang sudah diperoleh dibuat candra
tanaman
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Varietas Padi Sitipatenggang
1) Asal : Blora
2) Golongan : Cere
3) Umur
tanaman : Masuk
fase generative
4) Bentuk
tanaman : Intermedia 300
5) Tinggi
tanaman : 147 cm
6) Anakan
produktif : sedikit
7) Warna
kaki : Coklat kemerahan
8) Warna
batang : Hijau muda
9) Posisi
daun : Tegak 300
10) Posisi
daun bendera : Tegak 300
11) Bentuk
gabah : Sedang/lonjong =
rasionya 0,7 : 0,3
12) Warna
gabah : Hijau kecoklatan
B.
Pembahasan
Hasil Praktikum yang
dapat kami amati yaitu mengenai deskripsi varietas pada tanaman padi. Pada kesempatan kali ini kami mengambil
tanaman padi dengan varietas situpatenggang yang telah banyak dikenal oleh
banyak orang. Dari pengamatan yang kami
dapatkan mengenai padi bervarietas ini tercantum dalam hasil praktikum sedangkan
dalam literature yang kami dapatkan deskripsi dari jenis padi ini adalah :
Deskripsi
Varietas Tanaman Padi Situpatenggang
Nama seleksi
|
:
|
BP1153C-9-12
|
Asal
persilangan
|
:
|
Kartuna /
TB47H-MR-10
|
Golongan
|
:
|
Cere
|
Umur tanaman
|
:
|
110 -120 hari
|
Bentuk tanaman
|
:
|
Tegak
|
Tinggi tanaman
|
:
|
100 -110 cm
|
Anakan
produktif
|
:
|
10 - 11 batang
|
Warna kaki
|
:
|
Ungu tua
|
Warna batang
|
:
|
Hijau tua
|
Warna telinga
daun
|
:
|
Kuning kotor
|
Warna lidah
daun
|
:
|
Ungu
|
Warna daun
|
:
|
Hijau, tepi
daun tua berkilau ungu
|
Muka daun
|
:
|
Bagian atas
kasar, bawah permukaan halus
|
Posisi daun
|
:
|
Tegak
|
Daun bendera
|
:
|
Menyudut 35 –
50 derajat
|
Bentuk gabah
|
:
|
Agak gemuk
|
Warna gabah
|
:
|
Kuning kotor
|
Kerontokan
|
:
|
Sedang
|
Kerebahan
|
:
|
Tahan
|
Tekstur nasi
|
:
|
Sedang
|
Kadar amilosa
|
:
|
24 %
|
Bobot 1000
butir
|
:
|
27 g
|
Rata-rata
hasil
|
:
|
4, 6 t/ha
|
Potensi hasil
|
:
|
6,0 t/ha
|
Ketahanan
terhadapPenyakit
|
:
|
T tahan blas
|
Sifat khusus
|
:
|
A aromatik, respon terhadap pemupukan,
mampu dikembangkan di sawah
|
Dari
pengamatan yang kami lakukan ternyata masih terdapat beberapa perbedaan yang
tidak sesuai dengan literature. Seperti
halnya asal tanaman golongan, bentuk
tanaman, anakan produktif, warna kaki, posisi daun, bentuk gabah dan lain
sebagainya. Hal ini disebabkan karena
kemungkinan perbedaan lokasi dan musim
pada suatu tempat. Tempat pengamatan
yang kami lakukan dengan tempat yang dilakukan oleh pembuat literature ini.
Deskripsi
varietas ini dapat membantu para petani untuk membedakan suatu varietas yang
akan ditanamnya. Selain itu, dengan
adanya banyak varietas memungkinkan untuk terbentuknya pola seleksi. Seleksi yang dimaksud adalah seleksi untuk
penanaman yang baik, padi yang dapat menghasilkan sesuai yang diinginkan dan
sampai bentuk maupun tekstur nasi nanti yang dipilih.
Deskripsi
ini juga meliputi : Asal tanaman dimana asal tanaman ini merupakan suatu
silsilah dan awal dalam varietas tersebut.
Golongan menunjukkan bulu yang tetrs=dapat pada ujung gabah. Umur tanaman dihitung mulai benih sampai 80%
masak fisiologi. Bentuk tanaman yaitu
posisi tunas tanaman berdasarkan sudut yang terbentuk antara sumbu batang
dengan tunas primer. Tinggi
tanaman. Anakan produktif yaitu jumlah
anakan yang hanya menghasilkan malai.
Selain
itu, terdapat warna kaki yaitu warna pelepah daun bagian luar. Warna batang yaitu warna ruas batang yang
terletak antara dua buku batang. Posisi
daun terhadap sumbu batang. Posisi daun
bendera yaitu posisi bendera terhadap sumbu batang. Bentuk gabah berdasarkan rasio antara lebar
dan panjang gabah. Warna gabah, teksur
nasi, bobot 1000 biji, kadar amilosa dan ketahanan terhadap hama dan penyakit.
V. SIMPULAN
1) Penentuan
deskripsi varietas dapat ditentukan dengan melihat penampilan luar sampai
setelah panen yang berbentuk nasi
2) Deskrispi
varietas ini dapat mempermudah kita untuk lebih memehami dan mengenal berbagai macam
jenis padi khususnya.
3) Deskripsi
varietas mulai asal, sifat tanaman sampai kadar yang terkandung pada tanaman
tersebut.
A.
Latar belakang
Pemuliaan tanaman merupakan ilmu
yang mempelajari pertukaran dan perbaikan karakter tanaman yang diwariskan pada
suatu populasi baru dengan sifat genetik baru. Seni yang dan pengetahuan yang
mendukung dilakukannya perbaikan suatu karakter tanaman melalui program
pemulian tanaman meliputi dua tahapan, yaitu tahapan evolusioner, yang bertujuan
untuk terbentuknya atau bertambahnya keragaman genetik, dan tahapan evaluasi,
dimana seleksi dilakukan terhadap genotip-genotip yang diinginkan dari beberapa
populasi yang dimiliki.
Secara konvensional program
pemuliaan tanaman, seleksi didasarkan atas pemilihan tanaman oleh pemulia tanaman untuk satu atau beberapa
penampakan (fenotip)dari karakter yang menjadi target perbaikan, baik secara
individu maupun populasi tanaman. Karakter-karakter yang umumnya merupakan
target seleksi antara lain produksi, mutu hasil, ketahanan terhadap hama dan
penyakit atau toleransi terhadap lingkungan marginal.
Telah kita ketahui bersama bahwa
penampakan dari suatu karakter ditentukan oleh faktor genetik dan faktor
lingkungan, bahkan kadang-kadang ditentukan pula oleh interaksi antara genetic
dan lingkungan.Oleh sebab itu, pemilihan tanaman yang didasarkan atas fenotip
ini memiliki beberapa kelemahan atau kekurangan, terutama bila karakter
tersebut lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan, yang dalam pemuliaan tanaman
disebut sebagai karakter yang memiliki heritabilitas rendah.
B. Tujuan
Tujuan pada praktikum kemajuan seleksi
adalah untuk menduga kemajuan seleksi (selection advance) pada suatu populasi
dalam rangka usaha pemuliaan tanaman.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pemuliaan tanaman dalam usaha
menemukan suatu varietas unggul dapat dilakukan dengan beberapa jalan.
Penenmuan tersebut dapat dilakukan dengan jalan :
1.
Introduksi
2.
Seleksi terhadap populasi yang ada
3.
Melakukan mutasi, persilangan dan mandul jantan (Mursito, 2003)
Salah satu jalan tersebut adalah
seleksi, seleksi adalah suatu kegiatan seleksi, seleksi adalah
suatu kegiatan pemilihan tanaman baik secaraindividu maupun populasi
berdasarkan karakter target yang diinginkan untuk diperbaiki. Tujuan dari seleksi
adalah untuk memperbaiki proporsi karakter yang diinginkan pada populasi
tanaman. Misalnya bila kita menginginkan tanaman yang berproduksi tinggi, maka
kita memilih tanaman yang berproduksi tinggi tersebut untuk dikembangkan pada
generasi berikutnya, sehingga dari generasi ke generasi akan diperoleh
peningkatan proporsi tanaman yang berproduksi tinggi. Begitu pula untuk
karakter-karakter lain yang diinginkan, misalnya tahan terhadap hama dan
penyakit, kandungan protein tinggi, memiliki aroma dan rasa enak dan lain-lain.
Kegiatan
seleksi ini secara tidak disadari telah berkembang sesuai dengan kemajuan dan
peradaban manusia. Hal ini dapat dimengerti karena manusia pada hakekatnya
menginginkan produk ekonomis, sehingga sifat-sifat yang tidak menguntungkan
akan dibuang atau tidak dikembangkan lebih lanjut, sedangkan sifat yang
dikehendaki akan dipertahankan dan dikembangkan pada generasi-generasi
berikutnya. Pada akhirnya, tanaman dengan karakter-karakter yang diinginkan itu
berada pada populasi tanaman yang meluas, sementara sifat-sifat yang tidak
dikehendaki menjadi punah.Seleksi ini dapat pula berlangsung secara alami, yang
kita sebut sebagai seleksi alam.Oleh sebab itu seleksi dapat dikelompokkan
menjadi seleksi alam dan seleksi buatan.
Seleksi
alam merupakan seleksi yang dipengaruhi oleh faktor alam dalam mengarahkan
seleksi tersebut yang umumnya bersifat acak.Sedangkan seleksi buatan merupakan
seleksi yang sengaja dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan atau meningkatkan
proporsi karakter yang diinginkan berada pada populasi tanaman yang
dikembangkan (Widodo, 2003).Seleksi pada suatu tanaman merupakan penunjukkan
suatu respek fenotip suatu tanaman. Dalam pemuliaan tanaman seleksi yang
diberlakukan bertujuan agar terjadi suatu kestabilan sifat yang muncul berasal
dari komponen genetika dalam tanaman itu sendiri (Nanda,2000).
Dalam
seleksi dikenal dengan istilah heritabilitas.Heritabilitas adalah perbandingan
sifat genetik disbanding sifat fenotipnya. Menurut Whriter (1979) dan Mursito
(2003) memperlihatkan kriteria nilai heritabilitas dalam arti luas mengikuti
ketentuan sebagai berikut :
1.
H < 0,20 =
heritabilitas rendah
2.
0,20 < H < 0,50 =
heritabilitas sedang
3.
H > 0,50 =
heritabilitas tinggi
Pendugaan kemajuan seleksi memerlukan informasi
besaran ragam fenotipik, di samping ragam aditif dan ragam dominan.Ragam
fenotipik merupakan komponen dalam perhitungan pendugaan kemajuan seleksi yang
berbanding terbalik dengan kemajuan seleksi sehingga makin besar fenotipik
semakin kecil kemajuan seleksi yang diperoleh. Heritabilitas suatu karakter
merupakan porsi dari total keragaman fenotipe yang disebabkan oleh faktor
genetik. Oleh karena itu, keberhasilan seleksi dapat dicerminkan oleh besaran
heritabilitas (Sutoro, 2006).
Syarat
keberhasilan suatu usaha pemuliaan tanaman adalah tersediannya keragaman dalam
suatu populasi agar dapat dipilih genotip yang disukai. Seleksi dapat dilakukan
pada berbagai tingkatan, yaitu antar individu, antar famili, dan bahkan antar
sel. Seleksi diferensial (S) adalah rata-rata populasi terpilih (selected group) dikurangi rata-rata
populasi awal. Seleksi advanced atau kemajuan seleksi ( R ) adalah rata-rata
populasi asal dikurangi rata-rata keturunan selected
group. Besarnya kemajuan seleksi ( R ) = H . S, dimana H adalah data waris
atau heritabilitas suatu sifat.
Menurut Yatim
(1983), karakter-karakter yang diseleksi adalah
1.
Ketahanan terhadap cuaca, suhu, dan kekeringan
2.
Ketahanan terhadap sejenis hama
3.
Kekokohan batang agar jangan mudah rebah
4.
Memperpendek masa berbunga dan berbuah agar hasilnya cepat
dipetik
5.
Melamakan waktu berbunga agar lebih lama dinikmati
keindahannya, atau melamakan waktu matang buah agar lebih besar
6.
Meningkatkan mutu getahan seperti air susu, kina, dan minyak
7.
Meningkatkan mutu dan jumlah kawinan
8.
Membuang karakter-karakter buruk atau yang tidak ekonomis,
sehingga karakter-karakter yang baik saja yang menonjol.
Sifat-sifat yang harus
diperhatikan dalam seleksi adalah kuantitas dan kualitas hasil.Hal ini sesuai
dengan pendapat soepomo (1968), bahwa sifat-sifat umum yang harus diperhatikan
dalam seleksi adalah banyaknya hasil, kualitas hasil, dan kepastian mendapatkan
hasil. Menurut Yatim (1983), dalam kita melakukan seleksi terhadap galur
terberat tak cukup hanya melihat biji suatu kelompok batang atau keturunan,
harus ditelusuri juga sifat genetisnya.
III.
METODE PRAKTIKUM
A.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kemajuan seleksi adalah
sebagai berikut :
-
Kelompok biji kacang tanah ukuran besar dengan keragaman
kecil
-
Kelompok biji kacang tanah ukuran kecil dengan keragaman
kecil
-
Kelompok biji kacang tanah dengan keragaman besar
B.
Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kemajuan seleksi adalah :
-
Timbangan analitik
-
Alat tulis
-
Kalkulator
C.
Prosedur Kerja
1.
Diambil secara acak sebanyak 50 biji dari ketiga kelompok
yang ada
2.
Ditimbang setiap biji yang terambil dan dicatat bobotnya
3.
Diulangi pekerjaan nomor 1 dan 2 sebanyak tiga kali
4.
Biji-biji yang selesai ditimbang dikembalikan lagi pada
tempatnya
5.
Pilih biji-biji yang ukurannya besar (seleksi) sebanyak 30
biji dari setip kelompok biji yang ada
6.
Ditimbang setiap biji yang terseleksi/terpilih dan catat
bobotnya
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil
Kelompok biji kacang tanah ukuran besar
keragaman kecil
No
|
Bobotbiji (po)
|
∑ biji (po)
|
Bobotbiji (pi)
|
∑ biji (pi)
|
1
|
0,4
|
11
|
0,8
|
3
|
2
|
0,5
|
23
|
0,6
|
13
|
3
|
0,6
|
13
|
O,5
|
14
|
4
|
0,8
|
3
|
|
|
∑
|
|
50
|
|
30
|
Po =
=
= 0,642
Pi =
=
= 0,492
S= Pi- Po
=
0,492- 0,642
= -
0,15
R= HxS
=
0,21 x (- 0,15)
= -
0,0315
Grafik perlakuan 1.
Kelompok biji kacang tanah ukuran kecil
keragaman kecil
No
|
Bobotbiji (po)
|
∑ biji (po)
|
Bobotbiji (pi)
|
∑ biji (pi)
|
1
|
0,1
|
3
|
0,3
|
22
|
2
|
0,2
|
25
|
0,2
|
7
|
3
|
0,3
|
22
|
O,1
|
1
|
Po =
= 0,238
Pi =
= 0,27
S= Pi - Po
= 0,
27- 0, 238
= -
0,032
R= H x S
=
0,21 x (- 0,032)
= -
0,0672
Grafik perlakuan 2.
Kelompok biji kacang tanah keragaman besar
No
|
Bobotbiji (po)
|
∑ biji (po)
|
Bobotbiji (pi)
|
∑ biji (pi)
|
1
|
3,25
|
17
|
3,25
|
17
|
2
|
2,5
|
31
|
2,5
|
12
|
3
|
1,0
|
2
|
1
|
1
|
Po =
= 2,695
Pi =
= 2,875
S= Pi - Po
= 2,875- 2,695
= 0,18
R= H x S
= 0,21 x (0,18)
= -0,0378
Grafik pengamatan 3.
B. Pembahasan
Menurut Yatim (1983), seleksi adalah
memilih serta mencari keuntungan tanaman atau ternak yang memiliki karakter
baik, yang berguna untuk meningkatkan hasil serta mutunya. Karakter-karakter
baik ditentukan genotipe, tetapi ekspresinya dipengaruhi oleh faktor
lingkungan.Oleh karena itu, dalam mencari serta memilih sifat genetik yang
baik, sekaligus disertai dengan menentukan lingkungan yang cocok dan paling
ekonomis terhadap yang diseleksi.Seleksi juga dapat disebut dengan usaha
pemuliaan.
Menurut Allard (1988), dalam
kegiatan seleksi ada dua hal yang sangat penting untuk memehami prinsip
pemuliaan tanaman yaitu seleksi dapat bekerja secara efektif hanya dalam
perbedaan yang dapat diwariskan dan seleksi tidak dapat menciptakan
variabilitas tetapi hanya bekerja pada sifat yang telah ada. Menurut Sunarto
(1997), seleksi tanaman didasarkan atas fenotipnya. Agar seleksi efektif
dibutuhkan pengalaman atau kemampuan pendugaan hingga dapat menilai fenotipnya
yang tidak menyimpang jauh dari nilai genotip
Menurut Yatim (1983), seleksi perlu
dilakukan kerena sifat genetis penduduk suatu spesies pada umumnya sangat
heterozigot. Hal ini disebabkan tempat
hidup yang berbeda-beda, daya dan arah mutasinya pun berbeda-beda pada gen yang
sama, lingkungan yang berbeda, dan adanya perkawinan acak. Keheterozigotan tersebut menyebabkan banyak
sifat genetis baik yang tersembunyi dan ditutupi oleh sifat yang lain. Adanya seleksi alel akan mengekspresikan
kembali sifat-sifat tersebut. Keuntungan dari adanya seleksi diutarakan oleh
Van Mons di Belgia, Knight di Inggris, dan Cooper di Amerika dalam bukunya
Allard (1988), yaitu seleksi dapat menghasilkan perbaikan yang berharga dalam
varietas tanaman. Menurut Yatim (1983), karakter-karakter yang diseleksi adalah
:
1. Ketahanan terhadap cuaca, suhu, dan kekeringan
2. Ketahanan terhadap
sejenis hama
3. Kekokohan batang agar jangan mudah rebah
4. Memperpendek masa berbunga dan berbuah, agar hasilnya cepat dipetik
5. Melamakan waktu berbunga agar lebih lama dinikmati keindahannya; atau melamakan waktu matang buah agar lebih besar
6. Meningkatkan mutu getahan seperti air susu, kina, dan minyak
7. Meningkatkan mutu
dan jumlah kawinan
8. Membuang karakter-karakter buruk atau yang tidak ekonomis, sehingga karakter-karakter
yang baik saja yang menonjol
Heritabilitas adalah perbandingan
antara besaran ragam genotipe dengan besaran total ragam fenotipe dari suatu
sifat. Hubungan ini menggambarkan seberapa jauh fenotipe yang tampak merupakan
repleksi dari genotipe.Heritabilitas juga merupakan perbandingan relatif antara
pengaruh sifat yang dari genetik berbanding dengan sifat fenotip yang ada.
Semakin tinggi nilai H, maka akan semakin tinggi pula nilai heritabilitasnya,
Whrither (1979) disitasi oleh Mursito (2003) memperlihatkan kriteria nilai
heritabilitas dalam arti luas memiliki kriteria nilai heritabilitas sebagai
berikut :
1. H < 0,20 = heritabilitas rendah
2. 0,20 < H < 0,50 = heritabilitas sedang
3. H > 0,50 = heritabilitas tinggi
Tingginya nilai kemajuan seleksi
merupakan suatu perwujudan dari besarnya nilai keragaman aditif pada suatu
populasi. Keragamman aditif sendirimerupakan koponen yang diperlukan untuk
seleksi yang berulang (Sutoro, 2006).Selain nilai R, H dan S yangdalam
pendugaan nilai kemajuan seleksi juga didapat grafik yangmenunjukkan nilai
bobot dan frekuensi (jumlah) yang diperoleh. Dari grafiktersebut dapat terlihat
posisi grafik dari pengambilan kedelai sebanyak 50 rata-rata berada di atas
dari pengambilan 30. Grafik secara umum akn berbentuk kuadratik.
Semakinbentuk grafik kuadratik semakin besar nilai kemajuan seleksinya. Adanya
grafikyang saling menumpuk memperlihatkan adanya kondisi stuck atau berhentinya
suatu keragaman seleksi pada penilaianseleksi tersebut.Berhentinya seleksi
tersebut dapat berarti bahwa keragamanpada seleksi terpilih dan awal adalah
sama pada sifat tersebut.
Heritabilitas berhubungan dengan
kemajuan seleksi karena dalam pemuliaan tanaman memerlukan nilai heritabilitas
dari suatu sifat. Secara mutlak tidak bisa dikatakan
apakah suatu sifat ditentukan oleh faktor genetik atau faktor lingkungan.
Faktor genetik tidak akan memperlihatkan sifat yang dibawanya kecuali dengan
adanya faktor lingkungan yang diperlukan. Sebaliknya, bagaimanapun orang
mengadakan manipulasi dan perbaikan- perbaikan terhadap faktor-faktor
lingkungan, tak akan menyebabkan perkembangan suatu sifat kecuali kalau faktor
genetik yang diperlukan terdapat pada individu-individu atau populasi tanaman
yang bersangkutan. Keragaman yang diamati pada suatu sifat harus dapat
dibedakan apakah disebabkan terutama oleh faktor genetik atau faktor
lingkungan. Sama halnya juga dalam pengamatan atas beberapa sifat, harus mampu
untuk menjelaskan apakah kiranya disebabkan oleh perbedaan antar gen yang
dibawa oleh satu individu dari individu lainnya ataukah oleh
perbedaan-perbedaan lingkungan dari setiap individu dimana mereka tumbuh.
Disinilah dirasakan perlu adanya suatu pernyataan yang bersifat
kuantitatif antara peranan faktor genetik relatif terhadap faktor-faktor lingkungan
dalam memberikan penampilan akhir atau fenotipe yang diamati. Heritabilitas
dapat dipergunakan untuk kerpelruan tersebut. Pada dasarnya seleksi terhadap
populasi bersegregasi dilakukan melalui nilai-nilai besaran karakter
fenotipenya. Dalam kaitan ini, penting diketahui peluang terseleksinya individu
yang secara fenotipe menghasilkan turunan yang sama miripnya dengan individu
terseleksi tadi. Misalkan dalam suatu populasi dijumpai ragam
genetik tinggi untuk suatu karakter dan ragam fenotipenya rendah, maka
dapat diramalkan bahwa turunan individu terseleksi akan mirip dengan
dirinya untuk karakter tersebut dan sebaliknya.
V. SIMPULAN
a.
Kemajuan seleksi
suatu populasi akan dipengaruhi oleh nilai heritabilitas (H) dan nilai S.
b.
Nilai R yang ada
pada system seleksi akan berpengaruh secara langsung terhadap kemajuan seleksi
yang didapat.
c.
Heritabilitas juga
merupakan perbandingan relatif antara pengaruh sifat yang dari genetik
berbanding dengan sifat fenotip yang ada.
d.
Seleksi adalah
memilih serta mencari keuntungan tanaman atau ternak yang memiliki karakter
baik, yang berguna untuk meningkatkan hasil serta mutunya.